Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Adakah “Kesempatan Kedua” untuk Membangun Cinta dalam Keluarga?

14 Januari 2016   09:07 Diperbarui: 14 Januari 2016   09:30 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam situasi krisis kepercayaan antara suami dan istri, keduanya harus berusaha membangun kembali cinta dan kasih sayang. Keduanya harus melangkah bersama untuk menyelesaikan krisis tersebut, serta berusaha menyusun kembali puzle cinta mereka yang sempat berserakan. Jangan membiarkan konflik berkembang menjadi petaka yang menghancurkan kebahagiaan hidup berumah tangga. Terlebih pada pasangan suami istri yang telah memiliki anak, ini menjadi pertimbangan yang harus diutamakan.

Menurut David Wilchfort, seorang terapis pernikahan dari Jerman, dalam menghadapi kebuntuan hubungan, pasangan suami istri perlu menjawab sepuluh pertanyaan kritis berikut ini:

1. Apakah Anda masih bisa bersikap setia satu sama lain?

2. Apakah Anda masih saling menghormati satu sama lain?

3. Apakah Anda bersama-sama dapat berkembang dalam perkawinan ini?

4. Apakah Anda berdua masih dapat membuat sebuah keputusan penting bersama-sama?

5. Apakah Anda berdua masih memiliki tujuan bersama di masa depan?

6. Apakah Anda berdua masih dapat tertawa bersama?

7. Apakah Anda masih memiliki waktu untuk makan bersama?

8. Apakah Anda masih memiliki kepedulian satu sama lain?

9. Apakah Anda dapat masih dapat menikmati kedekatan fisik satu sama lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun