Suami dan istri terikat oleh proses tarbiyah, yaitu saling memberikan pembinaan, pendidikan, pengingatan dan pengokohan dalam kebaikan. Pada dasarnya semua manusia memerlukan pendidikan, pembinaan dan pengingatan. Pendidikan yang paling fundamental harus terjadi dalam keluarga. Suami dan istri berkolaborasi untuk menguatkan suasana tarbiyah dalam kehidupan rumah tangga. Berbagai sarana bisa mereka hadirkan untuk menguatkan tarbiyah ini.
Apalagi ketika mereka sudah menjadi orang tua dengan hadirnya anak-anak. Pada situasi itu semakin menguatkan urgensi tarbiyah dalam keluarga. Karena anak-anak adalah amanah yang harus dijaga dengan tarbiyah yang baik. Orang tua wajib mendidik, membina, mengingatkan, mengarahkan anak-anak agar selalu berada dalam keimanan, kebenaran dan kebaikan. Orang tua tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab tarbiyah kepada anak-anak mereka.
Sebagaimana pelajaran penting yang kita dapatkan dari kisah Luqman yang diabadikan dalam Al Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS. Luqman : 13).
Luqman telah menjadi salah satu contoh orang tua yang memberikan pendidikan dan pembinaan kepada anak-anaknya agar menjadi manusia salih. Hal itu hanya bisa terjadi apabila suami dan istri berkolaborasi untuk menciptakan suasana tarbiyah di dalam rumah. Semua anggota keluarga harus mendapatkan pembinaan secara kontinyu di dalam rumah. Bukan hanya mengandalkan sekolah atau lembaga pendidikan formal saja, namun tarbiyah harus bermula dari rumah.
Demikianlah delapan ikatan antara suami dan istri yang membuat kehidupan keluarga menjadi kokoh dan bahagia. Semoga kita bisa mendapatkan dan menjaga Maha Samara Gita dalam kehidupan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H