[caption id="attachment_332731" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.nikahbureau.com "][/caption]
Menyakiti hati dan perasaan orang lain, adalah sesuatu yang harus dihindari. Apalagi ketika yang tersakiti hatinya adalah orang-orang yang seharusnya dicintai dan dijaga dengan akhlak mulia.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami, istri dan anak-anak adalah orang-orang yang seharusnya saling mencinta dan saling menjaga. Tidak pantas bagi mereka untuk saling mengolok-olok, saling mencela, mengejek, menghina, dan meremehkan, baik dengan kata-kata, bahasa tubuh maupun perbuatan.
Dianggap Sudah Biasa
Kadang, karena sudah terlalu biasa dalam berinteraksi, antara suami dan istri muncul ucapan atau perbuatan yang dianggap remeh, sederhana atau kecil, padahal dampaknya bisa menyakitkan hati serta perasaan. Misalnya, kata-kata yang meluncur begitu saja yang ditujukan kepada pasangan:
“Dasar gembrot...”
“Bego bener kamu itu, gitu aja ga bisa...”
“Payah. Masakan apa kaya gini ini?”
“Apa kamu tidak bisa lebih boros lagi?”
“Sudah kulit hitam, bau lagi...”
“Apa kamu ga punya mata?”
“Kamu tuli ya?”
Kadang kata-kata seperti itu dimaksudkan untuk candaan, bukan untuk mengejek atau menghina. Namun, canda dengan kalimat seperti itu jelas bisa menyakitkan hati. Bahkan seorang suami mengatakan, “Dia ga apa-apa kok, sudah biasa saya kata-katain seperti itu....”
Kalimat yang berpotensi menyakiti hati dan perasaan, tidak tepat diungkapkan walaupun hanya untuk maksud canda atau tidak serius. Apalagi ketika diucapkan dengan serius dengan maksud untuk merendahkan atau menghina pasangan, tentu lebih tidak beretika lagi.
Jangan menganggap biasa atau kecil atau remeh hal-hal seperti itu. Karena menyakiti hati dan perasaan pasangan itu adalah hal yang besar, bukan remeh, maka tidak patut dilakukan oleh siapapun.
Keindahan Komunikasi Adalah Akhlak Mulia
Di antara hal yang sangat penting perannya dalam menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga adalah kebaikan interaksi dan komunikasi antara seluruh anggotanya. Suami dan isteri harus mampu membangun komunikasi yang indah dan melegakan, demikian pula orang tua dengan anak, serta sesama anak dalam rumah tangga.
Banyak permasalahan kerumahtanggaan muncul akibat tidak adanya komunikasi yang baik antara suami dengan isteri. Pada sebagian keluarga, banyak persoalan yang didiamkan saja dan tidak dibicarakan, sehingga menggumpal menjadi permasalahan yang semakin membesar dan sulit diselesaikan.
Pada sebagian keluarga lainnya, suami dan istri berkomunikasi dengan cara yang saling menyakiti. Pilihan kata, mimik muka, tingkah laku yang tidak menyenangkan pasangan. Bahkan kadang sengaja memilih kosa kata yang paling menyakitkan untuk menjatuhkan pasangan.
Urusan komunikasi antara suami dan istri bukan hal yang bisa dianggap remeh. Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada para suami agar berkomunikasi dan berinteraksi secara patut kepada isterinya, “Wa ‘asyiruhunna bil ma’ruf. Dan bergaullah dengan mereka secara makruf".
Syaikh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya menjelaskan makna ayat di atas dengan penjelasan sebagai berikut:
"Artinya wajib bagi kalian wahai orang-orang mukmin untuk mempergauli isteri-isteri kalian dengan bijak, yaitu menemani dan mempergauli mereka dengan cara yang makruf yang mereka kenal dan disukai hati mereka, serta tidak dianggap mungkar oleh syara', tradisi dan kesopanan”.
“Maka mempersempit nafkah dan menyakitinya dengan perkataan atau perbuatan, banyak cemberut dan bermuka masam ketika bertemu mereka, semua itu menafikan pergaulan secara makruf. Diriwayatkan dari salah seorang salaf bahwa dia memasukkan ke dalam hal ini perihal laki-laki berhias untuk isteri dengan sesuatu yang layak baginya, sebagaimana isteri berhias untuknya".
Memulai, Bukan Menunggu
Termasuk dalam kategori kebaikan komunikasi adalah ketrampilan berbicara, mendengarkan, bergurau atau bercanda, tertawa, respon dan empati, juga ketrampilan berlaku romantis. Demikian pula ketrampilan mengungkapkan perasaan, menyatakan kecintaan dan kasih sayang, memahami perasaan pasangan. Tidak pula boleh diremehkan, ketrampilan praktis untuk menyenangkan dan memuaskan pasangan dalam kebutuhan biologis.
Di dalam kitab tafsir Al Manar dijelaskan, "Di dalam pergaulan itu terkandung makna 'saling' dan persamaan, yakni hendaklah kamu (suami) mempergauli mereka (isteri) secara makruf, dan hendaklah mereka (isteri) mempergauli kamu secara makruf pula”.
“Diriwayatkan dari salah seorang salaf bahwa dia memasukkan ke dalam hal ini perihal laki-laki berhias untuk isteri dengan sesuatu yang layak baginya, sebagaimana isteri berhias untuknya. Tujuannya ialah agar masing-masing menjadi motivator kebahagiaan bagi yang lain dan menjadi sebab ketenangan dan kesenangan dalam hidupnya".
Hendaknya suami dan istri memulai melakukan berbagai kebaikan dari dalam dirinya, bukan menunggu pasangan melakukan untuk dirinya. Mulailah berkomunikasi dengan baik kepada pasangan, mulailah meninggalkan celaan kepada pasangan, mulailah berinteraksi dengan mesra dan penuh cinta kepada pasangan.
Mulailah, jangan menunggu.
Mertosanan Kulon, Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY, 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H