Dengan rangkaian proses tersebut, semestinya kita memberikan apresiasi positif atas jerih payah dan kesungguhan menghadirkan masakan sampai tersaji di meja makan. Siapapun yang memasaknya, tidak menjadi persoalan. Apakah dimasak oleh istri, oleh pembantu, oleh suami atau oleh pemilik warung. Berikan apresiasi positif dengan memuji, mengucpkan terimakasih dan menikmatinya. Minimal, anda jangan mencela.
Nikmati Saja, Atau Tinggalkan dengan Sopan
Jika anda menjumpai makanan sudah terhidang di rumah anda, segera nikmati saja. Jika anda tidak berminat, tidak berselera, tidak tertarik atau tidak ingin menyantapnya, tinggalkan makanan tersebut tanpa perlu mencelanya.
Saya memiliki kesepakatan di rumah. Siapapun boleh memasak sesuai keinginannya. Jika sudah ada yang memasak di rumah, yang lain boleh ikut menikmatinya jika suka. Jika tidak suka atau tidak tertarik dengan masakan yang sudah tersedia di rumah, silakan memasak sendiri yang lebih sesuai selera. Jangan menggerutu soal makanan, jangan pernah mencela makanan.
Jika anda memang tidak tertarik atau tidak berselera, tinggalkan saja dengan cara yang baik dan sopan. Jangan menyakiti hati istri, suami atau pembantu atau anak-anak yang telah menyiapkan hidangan.
“Maaf ya Dek, aku tergesa-gesa. Tidak sempat mencicipi sarapan pagi yang sudah engkau siapkan”.
“Terimakasih ya Dek telah menyiapkan makan malam. Tapi aku belum lapar nih, aku ga ikut makan ya...”
“Wah istimewa sekali santap siang kita kali ini. Dimasak dengan cinta sih. Sayang sekali aku tidak bisa ikut menikmatinya...”
“Alhamdulillah, kita sekeluarga diberikan nikmat dari Allah berupa makanan yang lezat. Tapi maaf ya, aku tidak sempat makan di rumah kali ini...”
Berikan apresiasi atas terhidangkannya makanan di rumah kita. Nikmati saja, dan jika tidak tertarik, tinggalkan saja dengan baik dan sopan. Jangan pernah mencela makanan, jangan pernah mengejek atau menghina siapapun yang telah menyiapkan dan menghidangkan makanan.
Selamat pagi sahabat Kompasiana....