Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Keanehan" Laki-laki dalam Memutuskan Menikah

6 Mei 2014   15:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 5805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_335015" align="aligncenter" width="1023" caption="ilustrasi : www.wallpapersdesktopdownload.blogspot.com"][/caption]

Ini kisah cinta Andi dan Lusi. Mereka sudah membina hubungan spesial dalam waktu cukup lama, hampir lima tahun. Sedemikian kuat hubungan mereka, sampai Lusi merasa yakin bahwa dirinya adalah “the one” di hati Andi, dan ia pun telah menutup hatinya dari lelaki lain. Andi juga telah menjadi “the one” dalam dirinya.


Sekian lama berhubungan, belakangan Susi mendesak Andi agar segera meminang dan menikahinya. Ia tidak mau berlama-lama dalam pacaran atau hubungan tanpa status. Namun Andi seperti tidak tertarik dengan tantangan Lusi tersebut.


Betapa terkejut Lusi, ketika tiba-tiba Andi justru memutuskan hubungan dengannya. Alih-alih meminang dan mengajaknya ke pelaminan, justru yang terjadi Andi menjauh dari Lusi serta menyatakan tidak ada hubungan apapun dengannya. Lusi berusaha mencari tahu apa “kesalahannya”, dan Andi hanya mengatakan “tidak ada yang salah”.


Belakangan Andi sempat menyampaikan kepada seorang teman dekatnya, bahwa ia tidak suka dipaksa-paksa Lusi untuk segera menikahinya. Andi merasa, Lusi terlalu mengaturnya dan terlalu dominan dalam mengambil keputusan. Tentu saja Lusi sedih dan sakit hati dengan peristiwa ini. Ia tidak menyangka hubungan yang sudah berjalan demikian lama bisa putus hanya dalam waktu sekejap saja.


Namun ada yang membuat Lusi lebih kaget dan sedih lagi. Tidak sampai satu tahun sejak Andi memutuskan hubungan dengannya, ternyata Andi menikah dengan perempuan lain. Lusi merasa sedih, marah, jengkel, geram dan heran bercampur aduk menjadi satu. Ia tidak habis pikir bagaimana Andi cepat memutuskan menikah dengan perempuan yang belum lama dikenalnya.


"Aneh banget", ujar Lusi mengomentari pernikahan Andi.


Kisah sedih yang dialami Lusi, sudah sangat banyak kejadiannya. Pada akhirnya Lusi hanya merasa menyesal telah berhubungan dengan lelaki yang tidak bertanggung jawab dan mengkhianati kepercayaan cintanya selama ini.


Tetapi, apakah sesungguhnya yang terjadi pada Andi dan laki-laki lain yang semacam ini?


Pentingnya Kesiapan Menikah


Ada satu kata kunci yang bisa menjelaskan fenomena ini, yaitu kesiapan menikah. Laki-laki ternyata tidak cukup memerlukan hadirnya seseorang yang menjadi “the one” dalam dirinya, atau dirinya menjadi “the one” bagi seorang perempuan. Namun laki-laki memerlukan kesiapan yang memadai dalam dirinya untuk mengambil keputusan menikah.


Psikiater Alan Gratch, PhD pernah melakukan penelitian tentang faktor penting yang mendorong lelaki untuk berkomitmen lebih serius dalam menjalin hubungan dengan perempuan. Faktor penting itu adalah tentang kesiapan menikah.


Banyak perempuan berpikir bahwa lelaki pasti akan segera melamar jika dia sudah menemukan perempuan idaman yang paling cocok dengan harapannya. Perempuan juga berpikir bahwa lelaki pasti akan melamar jika dia memang benar-benar cinta. Tapi Alan Gratch berpendapat berbeda. Ternyata cinta dan kecocokan saja tidak cukup bagi lelaki untuk segera melamar dan menikahi kekasihnya.


Ada faktor yang sangat penting bagi laki-laki, yaitu kesiapan. Gratch yang selama 25 tahun meneliti dunia percintaan lelaki menemukan, sebanyak 49% lelaki menikah karena faktor telah menemukan “the one”, sedangkan 51% lelaki menikah karena faktor kesiapan.


Kecocokan itu memang penting bagi kaum lelaki, namun jika kesiapan dalam dirinya belum memadai, maka tidak ada yang dapat memaksanya untuk menikah, bahkan oleh perempuan yang telah merasa sebagai “the one” bagi lelaki itu sekalipun. Tetapi anehnya, lelaki akan mudah menemukan perempuan yang tepat di saat ia merasa telah siap untuk menikah. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama bagi laki-laki untuk segera menemukan jodohnya saat ia sudah merasa memiliki kesiapan menikah.


Jadi, tidak perduli seberapa intens interaksi dengan seorang perempuan, tidak peduli seberapa lama hubungan mereka bangun, tidak peduli seberapa kuat ikatan sudah mereka jalin, jika memang lelaki merasa belum siap menikah, ia tidak akan menikahi kekasihnya itu. Namun bila dia sudah siap menikah, tidak sulit baginya untuk menemukan perempuan yang dia anggap cocok, dan dalam waktu yang tidak lama ia memutuskan untuk menikah.


Kesiapan Tidak Bisa Dipaksakan


Banyak ditemukan kasih yang berujung sedih. Pihak perempuan yang mendesak untuk segera dinikahi, ternyata bertemu laki-laki yang belum memiliki kesiapan menikah. Ketika ia mendesak terus agar pacarnya segera bertanggung jawab dengan meminang dan akad nikah, justru hal itu dianggap sebagai paksaan yang tidak menyenangkan hatinya.


Bagi kaum laki-laki, kesiapan menikah memang tidak bisa dipaksakan. Namun, kesiapan menikah tentu bisa diupayakan dengan serius. Oleh karena itu, hal yang penting untuk dilakukan laki-laki dan perempuan lajang adalah mempersiapakan diri menuju gerbang kehidupan berumah tangga. Bukan hanya sekedar bersenang-senang dan berganti-ganti pacar dengan alasan mencari kecocokan.


Walaupun kesiapan menikah tidak bisa dipaksakan, namun juga tidak berarti membiarkan diri berada dalam ketidaksiapan terus menerus. Ada banyak usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kesiapan secara ruhani maupun jasmani, kesiapan secara batiniyah maupun lahiriyah. Sepanjang waktu mempersiapkan diri ini, tidak perlu tergesa untuk mencari calon pendamping hidup. Antarkan diri sampai siap menikah, barulah berpikir mendapatkan “the one” yang akan menjadi pendamping hidup anda berkeluarga.


Absurdnya Pacaran


Dari penelitian Gartch ini kita menjadi mengerti, betapa absurd aktivitas pacaran. Kisah Andi dan Lusi di atas mewakili ribuan kisah yang lainnya. Pola pergaulan antara laki-laki dan perempuan pada kurun waktu belakangan ini, menjadi bertambah mudah dan intim dengan hadirnya teknologi komunikasi. Hubungan spesial tanpa status sudah menjadi aktivitas yang dianggap lazim bahkan sebagai keharusan.


Sangat mudah bagi laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kecocokan dan akhirnya mereka menjalin hubungan pacaran, kadang sampai waktu yang sangat lama. Bisa lebih dari sepuluh tahun hubungan itu dipertahankan. Namun ketika ada titik dan pemantik tertentu yang menyebabkan mereka berada di puncak konflik, tak jarang hubungan berakhir merana. Putus begitu saja tanpa ada alasan yang menyertainya.


Sesungguhnya yang diperlukan oleh laki-laki dan perempuan adalah menyiapan diri untuk menuju kehidupan pernikahan. Adapun mencari dan mendapatkan calon pendamping hidup, menjadi aktivitas yang diusahakan setelah munculnya kesiapan. Maka persiapkan diri dengan baik, dan selalu menjaga kebaikan sepanjang masa mempersiapkan ini. Jangan mengotori diri dengan aktivitas pacaran bebas yang justru akan menjerumuskan.


Bagi laki-laki lajang, persiapkan diri dengan baik. Jangan mudah merayu dan menggoda perempuan, apalagi mengikat mereka dalam hubungan spesial tanpa status padahal anda belum memiliki kesiapan menikah. Bagi perempuan lajang, jangan mudah tergoda dan terpedaya oleh rayuan laki-laki. Semakin banyak rayuan laki-laki, anda harus semakin waspada. Jangan terjebak dalam hubungan dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Hanya berani pacaran, tetapi tidak siap melangkah menuju gerbang pernikahan.

Catatan :

Andi, Lusi, bukan nama sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun