Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Keanehan" Laki-laki dalam Memutuskan Menikah

6 Mei 2014   15:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 5805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Psikiater Alan Gratch, PhD pernah melakukan penelitian tentang faktor penting yang mendorong lelaki untuk berkomitmen lebih serius dalam menjalin hubungan dengan perempuan. Faktor penting itu adalah tentang kesiapan menikah.


Banyak perempuan berpikir bahwa lelaki pasti akan segera melamar jika dia sudah menemukan perempuan idaman yang paling cocok dengan harapannya. Perempuan juga berpikir bahwa lelaki pasti akan melamar jika dia memang benar-benar cinta. Tapi Alan Gratch berpendapat berbeda. Ternyata cinta dan kecocokan saja tidak cukup bagi lelaki untuk segera melamar dan menikahi kekasihnya.


Ada faktor yang sangat penting bagi laki-laki, yaitu kesiapan. Gratch yang selama 25 tahun meneliti dunia percintaan lelaki menemukan, sebanyak 49% lelaki menikah karena faktor telah menemukan “the one”, sedangkan 51% lelaki menikah karena faktor kesiapan.


Kecocokan itu memang penting bagi kaum lelaki, namun jika kesiapan dalam dirinya belum memadai, maka tidak ada yang dapat memaksanya untuk menikah, bahkan oleh perempuan yang telah merasa sebagai “the one” bagi lelaki itu sekalipun. Tetapi anehnya, lelaki akan mudah menemukan perempuan yang tepat di saat ia merasa telah siap untuk menikah. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama bagi laki-laki untuk segera menemukan jodohnya saat ia sudah merasa memiliki kesiapan menikah.


Jadi, tidak perduli seberapa intens interaksi dengan seorang perempuan, tidak peduli seberapa lama hubungan mereka bangun, tidak peduli seberapa kuat ikatan sudah mereka jalin, jika memang lelaki merasa belum siap menikah, ia tidak akan menikahi kekasihnya itu. Namun bila dia sudah siap menikah, tidak sulit baginya untuk menemukan perempuan yang dia anggap cocok, dan dalam waktu yang tidak lama ia memutuskan untuk menikah.


Kesiapan Tidak Bisa Dipaksakan


Banyak ditemukan kasih yang berujung sedih. Pihak perempuan yang mendesak untuk segera dinikahi, ternyata bertemu laki-laki yang belum memiliki kesiapan menikah. Ketika ia mendesak terus agar pacarnya segera bertanggung jawab dengan meminang dan akad nikah, justru hal itu dianggap sebagai paksaan yang tidak menyenangkan hatinya.


Bagi kaum laki-laki, kesiapan menikah memang tidak bisa dipaksakan. Namun, kesiapan menikah tentu bisa diupayakan dengan serius. Oleh karena itu, hal yang penting untuk dilakukan laki-laki dan perempuan lajang adalah mempersiapakan diri menuju gerbang kehidupan berumah tangga. Bukan hanya sekedar bersenang-senang dan berganti-ganti pacar dengan alasan mencari kecocokan.


Walaupun kesiapan menikah tidak bisa dipaksakan, namun juga tidak berarti membiarkan diri berada dalam ketidaksiapan terus menerus. Ada banyak usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kesiapan secara ruhani maupun jasmani, kesiapan secara batiniyah maupun lahiriyah. Sepanjang waktu mempersiapkan diri ini, tidak perlu tergesa untuk mencari calon pendamping hidup. Antarkan diri sampai siap menikah, barulah berpikir mendapatkan “the one” yang akan menjadi pendamping hidup anda berkeluarga.


Absurdnya Pacaran


Dari penelitian Gartch ini kita menjadi mengerti, betapa absurd aktivitas pacaran. Kisah Andi dan Lusi di atas mewakili ribuan kisah yang lainnya. Pola pergaulan antara laki-laki dan perempuan pada kurun waktu belakangan ini, menjadi bertambah mudah dan intim dengan hadirnya teknologi komunikasi. Hubungan spesial tanpa status sudah menjadi aktivitas yang dianggap lazim bahkan sebagai keharusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun