[caption id="attachment_393290" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi : www.pinterest.com"][/caption]
Telah saya posting beberapa waktu ini tentang karakter istri salihah. Pada postingan kali ini, saya akan menyampaikan salah satu karakter istri salihah, yaitu selalu berusaha menjadi inspirasi dan motivasi dalam kehidupan suami.
Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri adalah pasangan yang harus saling melengkapi. Ketika suami tengah berada dalam kondisi gelisah, maka istri harus berusaha menenangkan dan menghiburnya. Ketika suami dalam kondisi lemah, maka istri harus berusaha untuk menyemangati dan memotivasi. Ketika suami berada dalam kondisi marah, istri harus berusaha meredamkannya. Ketika suami berada dalam suasana susah, istri harus berusaha memberinya inspirasi.
Contoh teladan utama bisa kita dapatkan dari kehidupan Nabi Saw dengan istri beliau, baik sebelum diangkat menjadi Nabi maupun setelahnya. Berikut cuplikan dua episode yang sangat menggugah hati suami dan istri.
Episode Pertama
Sebuah episode kehidupan Muhammad Saw sebelum beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul..... Mari kita melihat bagaimana Bunda Khadijah menenangkan dan memotivasi sang suami yang tengah gelisah setelah mendapatkan wahyu pertama kali di Gua Hira.
Saat malaikat Jibril menemui Nabi Saw dengan membawa wahyu, “Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang telah menciptakan,” beliau segera pulang ke rumah dengan gemetar menemui istri tercinta, Khadijah binti Khuwailid.
“Selimuti aku, selimuti aku....” ujar Nabi Saw kala itu.
Bunda Khadijah pun segera menyelimuti beliau hingga menjadi tenang dan hilanglah rasa takut itu. Nabi Saw menceritakan apa yang dialaminya di Gua Hira, “Sungguh aku mengkhawatirkan diriku (akan binasa).”
Luar biasa Bunda Khadijah. Dengan mantap ia menjawab, “Tidak demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Engkau seorang yang menyambung silaturahim, menanggung orang yang lemah, memberi kecukupan pada orang yang tidak mampu, senang menjamu tamu, serta membela yang benar.”
Khadijah mengajak suaminya menemui Waraqah bin Naufal, seorang tua lagi buta yang beragama Nasrani dan biasa menulis Injil dengan bahasa Ibrani ataupun bahasa Arab.