Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkarkan Emprit (Bondol), Memanen Cucak Rawa

22 Februari 2017   16:14 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:27 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coretan ini masih terkait dengan momen Kopdar KPCRI ke- 6 yang akan digelar di Boyolali Hari Sabtu besok. Secara pribadi saya sangat mengapresiasi teman-teman penggerak maupun anggota dari Komunitas Pencinta Cucak Rawa Indonesia (KPCRI) yang memiliki kepedulian terhadap burung cucak rawa. Burung eksotik yang keberadaannya di alam sudah mulai langka itu. Apa lagi kepedulian teman-teman  ini memang berangkat dari hobi, ini sangat dahsyat. Kepedulian yang berangkat dari hati, bukan kepedulian yang basa-basi.

Kata orang kepedulian yang berbasis hobi tidak akan pernah kehabisan energi. Ini sangat cocok dengan dunia pelestarian, di mana pelestarian burung membutuhkan kerja panjang secara terus-menerus tanpa ada batas finisnya. Maka basis hobi yang melandasi kepedulian ini menjadi modal yang sangat penting. Itu yang pertama.

Terus yang kedua terkait dengan pesan para sesepuh di mana  jer basuki mowo beo. Artinya setiap aktivitas memerlukan dana, termasuk juga kegiatan yang masuk dalam ranah hobi  sekalipun. Dia memerlukan biaya. Di sinilah kita ketemu dengan aktivitas penangkaran. Hobi kita bermain burung, kita biaayai dari hasil menangkar burung. Klop sudah. Hobi bisa tersalurkan, dana bisa diunduh dari penangkarannya. Mantablah . . .

Itulah sebabnya dalam setiap momen Kopdar KPCRI selalu mengambil tema yang berkaitan dengan penangkaran. Tentang meningkatkan produktifitaslah, tentang cara menelisik sexing burunglah, tentang kesehatan burunglah, semuanya menjadi topik pembahasan yang menarik. Ujung dari pembahasan itu adalah menjadikan penangkaran kita produktif. Sampai di sini jer basuki mowo beo sudah tertangani dengan baik.

Satu lagi yang harus dilakukan oleh teman-teman KPCRI adalah menjadikan penangkaran burung sebagai alternatif wira usaha yang dibanggakan masyarakat. Menjalani profesi sebagai penangkar burung harus banggga dong. Karena secara ekonomi profesi ini terbukti mampu memberikan kesejahteraan yang lebih dari cukup. Namun tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Saya pribadi sudah mengembara ke berbagai tempat untuk mengunjungi penangkaran burung. Saya menemukan banyak penangkar yang telah menemukan kesejahteraan hidupnya melalui penangkaran burung.

Di wilayah timur saya mengenal Pak Anang di Malang dan Ibu Susilowati di Kertosono. Kedua orang ini telah berhasil menangkarkan berbagai jenis burung. Dari kandang penangkarannya beliau mendapatkan hasil dengan nominal yang sangat lumayan.

Di Solo Raya kita mengenal nama-nama besar di dunia burung. Sebut saja pak Anda Priyono ( beliau sudah pensiun), Ir Samino, Om Afiat, Om Joko Sadono . . .Ssstt jangan lupa juga sebut nama Syam Jabal ya . . . he he he . . .

Di blok barat lebih banyak lagi. Nama-nama kondang seperti Pak Mochtar, Om Saidi, Om Eris, Pak Sugeng, Pak Kardi dan sederetan nama-nama lain kolega om Yoewono key note speaker di kopdar ke 6 KPCRI besok. Saya perah mengunjungi penangkaran milik om Saidi yang dibangun di atas lahan seluas 2 Ha, dengan ratusan kandang penangkaran. Ngiler saya ngliatnya.

bukti kepedulian terhadap kelestarian burung cucak rawa
bukti kepedulian terhadap kelestarian burung cucak rawa
Saya berkeyakinan bahwa keberhasilan para penangkar yang telah saya sebutkan di atas sebenarnya bukan hanya monopoli mereka. Tapi kesuksesan itu sebenarnya adalah hak kita semua. Bukan mereka saja yang bisa sukses, tapi kitapun bisa. Tapi ya itu tadi, syarat dan ketentuan berlaku. Jika kita memenuhi syarat sebagaimana yang mereka miliki maka insya Allah kita juga bisa sukses seperti mereka.

Lalu apa sarat dan ketentuan tersebut?

Pengembaraan saya ke berbagai penangkar memberikan pelajaran yang sangat berharga. Dari pengembaraan itu saya mencoba untuk memerasnya menjadi inti sari kesuksesan menangkar burung. Wah keren ya? Saya ulangi lagi inti sari kesuksesan menangkar burung. Mantab lah pokoknya.

Ternyata untuk menjadi penangkar burung yang besar, terkenal, produktif, baik hati dan tidak sombong kita harus memiliki matranya. Hah menangkar burung mesti pakai mantra segala ? Trus mantranya apa dong ? Ini saya kasih mantranya ya. Baca pelan-pelan dan praktekkan dengan sabar ya. Mantranya adalah: NJUT . . ha ha ha. mantaranya njut?

N adalah Ngimpi, J adalah Jo kakean omong, U maksudnya mentalnya harus Ulet alias gak gampang nyerah dan T maksudnya adalah  njegur Total, yaitu kalau kita menangkarkan burung harus terjun total. Serius jangan setengah-setengah.

Itu prinsip dasarnya. Berikut ini saya kasih bocoran berupa resep cespleng yang saya ambilkan dari sari pati NJUT di atas. Dan resep ini telah dengan gemilang dipraktekkan oleh para penangkarkar burung di blok barat dan blok timur tersebut hingga mereka bisa berjaya. Mauuu ? Mau apa mau bangeeeetttt? Okelah kalau begitu.

Ingat mantera NJUT di atas kan ? Milikilah mimpi yang sebagus-bagusnya tentang penangkaran yang kita inginkan. Hah mimpi . . .?? Berarti harus tidur dulu ? Ya ndak lah mimpi di sini maksudnya adalah keinginan, harapan, cita-cita yang diilustrasikan sekonkrit mungkin. Misalnya mau menangkarkan burung apa, jumlah berapa pasang, kandangnya ada berapa buah, letaknya ada di mana. Terus bayangkan setiap pagi kita memberi pakan dan mengganti minumnya dengan riang gembira.

Terus bayangkan ada indukan yang sudah mulai unjal sarang. Terus menyambut panen perdana dengan menggelar yasinan di rumah mengundang pak Modin dan jama’ah masjid dan seterusnya. Kelihatannya sepele tapi makna sebuah mimpi sangat besar bagi kesuksesan kita.

Coba tengok rel sepur yang melintas di Stasiun Klaten itu. Rel kereta itu membentang sepanjang Pulau Jawa, mulai dari Stasiun Muncar Banyuwangi di ujung timur Pulau Jawa sampai stasiun Lebak Pandeglang di ujung barat Pulau Jawa. Rel sepanjang itu bermula dari mimpi. Tanpa adanya impian, maka tidak akan ada rel sepanjang itu. Itulah contoh pentingnya mimpi.

  • Segera Ambil Tindakan

Oke kita kembali ke mantera NJUT tadi ya. Sekarang kita masuk ke huruf J yaitu Jo kakean ngomong. Artinya jangan banyak berteori. Langsung ambil tindakan, jangan menunggu segalanya menjadi sempurna.

Memang bagus sih kalau kita bisa memulai penangkaran burung dalam kondisi yang serba ideal. Kita sudah punya lahan seluas 2 Ha, punya kandang sebanyak 120 buah, calon indukan cucak rawa ada 60 pasang, jalak bali ada 40 pasang dan murai batu medan ada 20 pasang.

Trus kita juga sudah memiliki anak kandang yang bertugas merawat burung sebanyak 10 orang. Pasar kita sudah menembus seluruh Nusantara dan sebgian pasar ASEAN. Bahkan sesekali kita ekspor cucak rawa ke Australia dan Tibet. Ekspor jalak bali ke Swis dan Den Mark. Sedang murai batu kita ekspor ke Canada dan Swirzerland. Bagus itu kan? Itu artinya kita memiliki kondisi ideal untuk menangkar. Tapi tolong bangun dulu, jangan mimpi terus . . . mimpinya kelamaan.

Tips kedua ini mendorong kita untuk segera bertindak dari kondisi kita apa adanya, sekarang juga. Misalnya kita ingin menangkarkan burung cucak rawa. Tapi ternyata dompet kita tipis, sedangkan harga calon indukannya mahal. Kita belum mampu beli. Kita gak boleh nyerah dengan kondisi ini. Caranya ? Mulailah menangkar burung cucak rawa dengan cara menangkarkan burung kenari, kacer, atau cucak jenggot terlebih dahulu, karena harganya terjangkau.

Atau mau menangkarkan jalak bali bisa kok dimulai dari jalak suren terlebih dahulu karena harganya lebih terjangkau. Itulah yang saya maksudkan langsung bertindak.

Kalau kenari, kacer, jalak suren juga masih belum terjangkau. Mulailah dari menangkarkan burung emprit. Dulu waktu kita masih sekolah di SD pernah diajari peribahasa sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Iya kan ? Dalam menangkarkan burungpun juga berlaku prinsip seperti itu. Sak emprit demi sak emprit lama-lama jadi cucak rawa . . . he he he . . .

Percaya deh sama saya yang penting segera ambil tindakan, ojo kakean teori. Beres dah pokoknya. Berteori terus malah gak jadi melangkah.

  • Ulet dan Selalu Berfikir Positif

Gak ada ceritanya menjadi penangkar besar tanpa halangan yang merintangi atau rintangan yang menghalangi dan hambatan yang menghadang. Halangan, rintangan dan hambatan sudah menjadi sego jangan bagi para penangkar besar.

Ingatlah pesan bang haji Rhoma Irama tahun 80-an, dalam lagunya Berakit Rakit Ke Hulu, Berenang Ke Tepian. Iya to ? Itu artinya untuk menjadi penangkar besar kita mesti Bersakit-Sakit Dahulu Bersenang-Senang Kemudian. Gitu . . .

Karena itu bermental Ulet ( bukan uler lo ya . . .) adalah prasyarat suksesnya penangkaran kita. Burung mati, sabar. Jangan nglokro, beli lagi yang lebih bagus. Burung lepas dari kandang, sabar. Jangan putus asa, beli lagi yang lebih mahal. Burung sakit, sabar. Jangan sedih, segera carikan obatnya. Begitu seterusnya, jangan pernah menyerah dengan rintangan. Selalu berfikir positif. Selalu percaya bahwa penangkaran kita bakal menjadi besar. Itu kuncinya

Jika mental kita sudah teruji dan selalu positif seperti itu maka, kita tinggal menunggu waktu. Insya Allah dalam waktu tiga sampai empat tahun ke depan kita akan menjadi penangkar besar yang siap mengibarkan bendera setinggi-tingginya. Sebaliknya jika mental kita melempem, gampang putus asa, methel alais gampang coklek maka dalam waktu satu atau dua tahun ke depan kita mesti siap-siap mengibarkan bendera setengah tiang. Sama-sama mengibarkan bendera sih . . . tapi yang satu setinggi-tingginya sdangkan yang satu cuma setengah tiang saja. Alias tanda duka, akibat matinya penangkaran kita. Sedih deh . . .

  • Totalitas dan Kesungguhan

Menangkarkan burung butuh kesungguhan. Karena burungnya butuh perhatian serius. Kandangnya butuh perawatan tiap hari. Hasil penangkarannya butuh penjualan ke konsumen. Duit penjualannya butuh tabungan. Menangkarkan burung butuh kesungguhan. Karena burungnya butuh perhatian. Kandangnya butuh perawatan. Hasil penangkarannya butuh penjualan. Duit penjualannya butuh tabungan. Begitulah siklusnya terus berputar sepanjang tahun.

Jika kita menjalani siklusnya dengan baik maka insya Allah penangkaran kita cepat membesar. Mengikuti siklus dengan baik itu membutuhkan totalitas dalam menjalankan. Kita perlu njegur total. Jangan setengah-setengah. Tanpa totalitas dan kesungguhan maka hasilnya tidak akan maksimal

  • Miliki Pengetahuan Dasar Penangkaran

Di atas saya sebutkan bahwa untuk terjun dalam penangkaran burung “Jo kakean ngomong, langsung terjun sekarang juga”. Ini bukan berarti kita boleh grusa-grusu dan serba nekat, tanpa persiapan. Hindari sikap grusa-grusu dan nekat tanpa bekal yang cukup. Siapkanlah segala sesuautnya secara proporsional, sedang-sedang saja. Karena berlebihan itu tidak baik, serba minim juga tidak bagus. Terutama soal ilmu dasar tentang cara menangkar burung.

Milikilah pengetahuan dasar tentang penangkaran. Misalnya kandang yang disukai burung itu seperti apa, pakan yang bisa meningkatkan produktifitas burung itu apa, cara pemberian pakan dan minum kapan, sarang yang disukai betina kayak apa dan lain-lain. Pengetahuan dasar seperti ini wajib untuk kita ketahui. Jika tidak, alamat burung bakal tidak mau nelor.

Banyak-banyaklah main ke tempat penangkaran lain. Tanyakan pada pemiliknya, apa yang menjadi kunci keberhasilannya. Contohlah ukuran kandangnya dan seterusnya. Jangan sungkan untuk bertanya, jangan pekewuh untuk nyonto. Ini bukan ujian sekolah. Di dunia penangkaran bertanya dan nyonto itu syah-syah saja. Lakukan dengan sungguh-sungguh.

  • Membina dan Memperluas Jaringan

Menangkar burung bukan hanya soal bagaimana caranya membuat burung kita bertelur sebanyak mungkin. Bukan pula soal bagaimana caranya agar semua telur bisa menetas semaksimal mungkin. Intinya bahwa produktifitas kandang itu baru separoh pekerjaan. Masih ada setengah lagi pekerjaan penangkar yang mesti kita selesaikan yaitu menjual hasil tangkaran.

Dalam prakteknya tidak sedikit penangkar burung yang kesulitan menjual hasil tangkarannya. Masih ingat kenapa burung kenari harganya anjlok. Harga burung love bird terjun bebas ? Salah satu faktornya adalah lemahnya marketing dari penangkarnya. Di samping karena over produksi, akibat banyaknya penangkar yang ikut-ikutan menangkar burung kenari dan love bird ini. Nah di situlah pentingnya jaringan.

KPCRI adalah wadah yang bagus untuk membina jaringan. Jual beli di internal anggota KPCRI sendiri bisa menjadi jembatan yang mempermudah penjualan hasil penangkaran terutama bagi para pemula.

Demikian sedikit resep yang saya sarikan dari berbagai kunjungan ke para penangkar senior di blok timur maupun blok barat. Jika anda setuju dengan resep NJUT Plus ini maka ambillah. Ulangi baca dan menerapkan resepnya berkali-kali sampai . . . NJUT . . . NJUT . . . NJUT . . . Terutama segeralah bertindak. Bahkan jika harus memulainya dari burung emprit sekalipun. Karena meskipun mengawalinya dari burung emprit jika kita serius maka lama-lama kita bisa merambah ke burung cucak rawa. Percayalah sama saya.

Tapi saya juga tidak ingin memaksa anda. Makanya jika anda tidak sependapat abaikan saja . . . Selamat Kopdar KPCRI yang ke 6, selamat menangkarkan burung. Salam  . . klank . . . klink . . .klunk . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun