Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harga Burung Jalak Bali dan Mukidi Konsumen Kampung Ambon yang Cerewet

1 September 2016   10:03 Diperbarui: 1 September 2016   11:04 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa peminat burung jalak bali yang menghubungi saya, mengeluhkan harganya yang tinggi. Saya bilang kepada mereka,  harga burung jalak bali yang tinggi jangan dikeluhkan, tapi mestinya justru kita syukuri. Kok malah disyukuri pak Syam ? Tanya salah seorang di antara mereka.

O iya dong mesti di syukuri, jawab pak Syam. Begini ya, kata pak Syam sok serius. Soal harga burung jalak bali yang dirasa tinggi itu sebenarnya relatif kok. Jadi tinggi dan rendahnya harga burung itu relatif. Seringnya kita menyebut harga burung jalak bali itu tinggi biasanya karena selama ini kita terbiasa bertransaksi burung yang harganya di bawah burung jalak bali. Coba kalau kita terbiasa bertransaksi burung yang harganya di atas burung jalak bali maka harga burung jalak bali saat ini akan terasa biasa atau malah terasa murah.

Sebagai perbandingan saya akan bercerita tentang seorang penggemar burung di Semarang yang beberapa hari lalu menelepon saya, menanyakan harga burung jalak bali hasil penangkaran saya. Ketika saya sebutkan nominal tertentu beliau sama sekali tidak kaget. Padahal bagi sebagian orang cukup mengagetkan.

Kenapa beliau tidak kaget ? Karena beliau sudah terbiasa bertransaksi burung dengan harga puluhan juta. Beliau memiliki koleksi burung paruh bengkok yang sudah beranak pinak, dan sekarang mau menangkarkan burung Macau. Tahu nggak harganya berapa ? Kata beliau yang paling murah harganya sembilan puluh juta rupiah per ekor.

Karena beliau memang sudah terbiasa bertransaksi burung dengan harga di atas burung jalak bali maka bagi beliau harga burung jalak bali itu merupakan harga yang biasa. Bukan harga yang mahal.

Tapi sebaliknya jika kita selama ini biasa bertransaksi burung dengan harga yang berada di bawah burung jalak bali maka harga jalak bali sekarang dianggapnya mahal. Padahal secara secara objektif nominal harga burung jalak bali sekarang sudah lumayan rendah. Sudah hampir setengah dari harga ketika saya empat tahun lalu menerjuni penangkaran burung jalak bali ini. Maka sekali lagi soal harga burung jalak bali yang oleh sebagian konsumen dianggap tinggi, itu bersifat relatif.

Kemudian yang kedua, cobalah pandang harga burung jalak bali tersebut dari kaca mata peluang. Coba balik kaca mata kita yang selama ini memandang harga yang’tinggi’ sebagai hambatan untuk membeli dan menangkarkan burung jalak bali. Sekarang balik kacamatanya dan pandanglah harga yang ‘tinggi’ itu sebagai peluang yang menantang untuk kita ambil.

Jadikan harga yang ‘tinggi’ itu sebagai motivasi dalam membeli dan menangkarkan burung jalak bali. Buat diri kita menjadi semakin bersemangat untuk membeli dan menangkarkannya karena itu adalah peluang untuk menghasilkan uang sampai puluhan juta perbulannya. Maka rasa syukur itupun akan segera muncul . . .

Jadi gunakan harga yang ‘tinggi’ itu untuk mengambil kesempatan di mana ketika sebagian orang masih ragu-ragu untuk melangkah, tapi kita justru melesat duluan untuk mengambil start dan berlari kencang dan segera menangkarkan burung jalak bali yang berharga mahal ini tadi. Manteb to ?

Wah . . . pak Syam ini haya-haya wae’ . . . sukanya cuma bicara manisnya saja. Harga burung jalak bali yang tinggi cuma dipandang dari satu sisi, dipandang dari sisi manisnya saja. Bagaimana jika burung jalak bali yang kita beli mahal itu ternyata mati atau lepas kandang atau dicolong maling atau burungnya tidak mau nelor. Gimana coba ? Apa kita nggak dibuat nelangsa karenanya ?

Iya memang saya cenderung untuk melihatnya dari sisi manisnya saja karena saya merasa bahwa saya memang manis . . . bya ha ha ha . . . Jadi terus terang saya memang suka yang manis-manis. Buah yang manis, bunga yang manis, traveling ke tempat-tempat yang manis, ngeliat pemandangan bawah laut yang manis atas awan yang manis dan lain-lain pokoknya yang manis-manislah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun