Nah ketika beliau terjun ke penangkaran burung jalak bali beliau membeli 5 pasang, alias 10 ekor. Burung-burung tersebut beliau pelihara dengan baik. Setelah beberapa tahun ternyata yang mau bertelur hanya 1 pasang. Itupun telurnya tidak menetas dan telur itu merupakan telur pertama dan terakhir karena setelah itu tidak pernah bertelur lagi. Teman saya judeg, akhirnya burung jalak bali tersebut dijual semuanya. Sempurna sudah matematikanya bahwa telur tersebut adalah telur yang terakhir ditangannya, karena burungnya dijual semuanya.
Jadi kalau kembali ke pertanyaan di atas, “Pak Syam burung jalak bali saya usianya sudah cukup dewasa, tapi kok belum bertelur ya. Gimana pak caranya agar bisa bertelur secepatnya ?” Pak Syam paling banter hanya bisa mengira-ngira, selebihnya tidak tahu. Pak Syam tidak bisa menjawab secara pasti.
“Paling saya hanya bisa mengira-ngira dari beberapa segi pertama soal makanannya, kedua soal kandangnya, ketiga soal jenis kelamin burungnya, keempat musim atau cuaca dan terakhir soal rejeki.” papar pak Syam.
Dari ke lima faktor tersebut faktor yang paling susah untuk dicermati adalah faktor rejeki. Namun anehnya justru faktor ini yang paling sering terjadi. Karena faktor pertama sampai ke empat tidak ada yang aneh, tapi kok burungnya tidak mau bertelur kenapa ? Itu berarti faktor ke limanya yang belum memihak kepada kita yaitu belum rejeki. Ini kasusnya riil dialami oleh penangkar burung jalak suren senior di Klaten tadi.
Secara teori memang ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk memicu agar burung jalak bali kita berproduksi dengan baik, yaitu :
Pertama faktor makanan. Terkait dengan makanan ini mungkin kayak kita juga. Anak-anak yang gizi makannya berkecukupan karena orang tuanya memberikan asupan makanan dengan gizi yang seimbang, maka dia akan tumbuh dengan normal, badannya sehat, geraknya lincah, otaknya cerdas dan penampilannya juga enak dipandang.
Anak-anak model seperti ini akan mampu menjani hidup dengan baik. Tumbuh menjadi remaja yang membanggakan, kemudian tumbuh dewasa dan memasuki jenjang berumah tangga dengan baik pula. Keluarga yang dibentuk dari genersi yang tumbuh dengan baik seperti ini, berpeluang menjadi keluarga yang produktif, banyak duit dan sekaligus banyak anak he he he . . .
“Sependek pengetahuan dan pengalaman saya, dalam dunia penangkaran burung jalak bali, rumus ini juga berlaku. Sepasang burung jalak bali yang kita rawat dari kecil dengan memberikan asupan gizi yang bagus dan seimbanmg; vor, pisang, jangkrik dan kroto, umumnya dia akan menjadi pasangan yang produktif dalam beranak. Duit ? duit juga . . .dia akan produktif dalam mencetak duit buat juragannya. Karena itu berikan asupan yang bagus bagi burung-burung anda . . .” begitu pesan pak Syam.
Kedua kesesuaian kandang. Faktor kandang juga bisa mempengaruhi produktifitas sepasang burung jalak bali di penangkaran. Faktor kandang ini menyangkut; ukuran, suhu, tingkat kebisingan dan hiruk pikuk sekitar kandang. Semuanya berpengaruh. Karena itu bikin kandang dengan ukuran dan suhu yang cocok dengan maunya burung, dan bikinlah kandang di lokasi yang tidak berisik agar burung kita bisa produktif
Ketiga pastikan bahwa burung jalak bali anda sepasang jantan dan betina. Dalam beberapa kasus hambatan penangkaran burung jalak bali terjadi karena burung jalak bali yang ditangkarkan ternyata berkelamin sejenis. Ada yang bertahun-tahun tidak bertelur, ternyata burung jalak balinya sama-sama jantan.
Ada juga yang sepasang burung jalak balinya bertelur sampai 5 butir, bahkan ada yang 6 butir. Nah kalau kasus yang kedua ini kemungkinan jalak balinya betina semua. Karena itu pastikan bahwa sepasang burung jalak bali yang anda tangkarkan adalah sepasang jalak bali jantan dan betina, karena di kalangan burung jalak bali pasangan lesbi itu tidak lazim apa lagi LGBT. Lesbi dan LGBT dalam dunia penangkaran burung jalak bali di haramkan . . . karena gak bakalan deh dia beranak . . .