Lelaki di hadapaku tampak segar, ceria, walau harus menjalani hukuman di balik jeruji besi. Sorot matanya selalu menyiratkan optimis yang tinggi.
"Benar, loe, mau nikah lagi setelah bebas?"
Ia tersenyum mendengar pertanyaanku. Pena di tangannya ia mainkan, seolah sedang memikirkan jawaban.
"Apa seorang mantan terpidana dilarang menikah?" sambil tersenyum, Petrus berkilah.
Petrus sosok yang aku kagumi. Mantan pejabat tinggi yang sangat memerhatikan orang kecil.
"Tidak ada larangan, tapi, loe kan baru cerai?"
"Baru atau lama apa bedanya? Aku lelaki, Jo, beristri dua pun kagak ada larangan."
"Brati benar yang diberitakan media?"
Petrus tak menjawab, ia hanya tersenyum sebagai pembenaran.
"Termasuk calon istri, loe?"
Lelaki berkulit putih itu mengangguk, tatapannya seperti tombak, tajam menusuk mataku.