Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Protesku Mati

6 September 2018   10:37 Diperbarui: 6 September 2018   11:20 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Ditikam serdadu politik masa kini

Hariku mengersang. Waktu-waktu jahat
Anjin bermata maling menunggu saat
Burung pemakan bangkai bertengger di atap rumah
Diam mengintai mayatku

Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Dilindas mobil-mobil mewah di jalan tol
Tersungkur roda pesawat di bandara-bandara
Tenggelam kemudian mengapung di dermaga-dermaga
Kadang dimakan ikan di bendungan kali

Tak ada yang peduli
Buta mata tuli daun telinga hati

Mati adalah aku
Sudah biasa mati, berulang kali
Protes-protesku hanya menjadi mayat
Berbau busuk
Menusuk hidung Sang Waktu
Kemudian menjadi debu

Tak ada yang peduli
Yang kere memang seharusnya mati
Bila tak mampu membeli mimpi

Malang, 6 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun