"El," aku meraih dan mengenggam tangannya, "apakah kau mencintainya?"
Ia mengangkat wajah dan menatapku lekat. Sorotnya sangat teduh, seakan berjuta keindahan tersimpan di sana.
Aku tak mampu menatap matanya terlalu lama. Entahlah, ada sesuatu yang bergetar dalam dadaku.
"Iya, Mas, sebelum kejadian itu. Tapi, entahlah sekarang. Penyesalan ini mengikis perasaan itu."
Suaranya bergetar, seolah menahan kebencian, tapi masih terdengar lembut. Itulah yang membuatku suka.
"Apa kamu sudah menemuinya dan memberitahu keadaanmu?"
"Sudah, tapi dia berkilah."
Aku menghela napas, pikiranku juga kacau.
"Lantas, apa keputusannya?"
"Dani tidak mengakuinya, Mas. Sekarang aku tidak tahu keberadaannya. Dia menghilang sejak mengetahui keadaanku."
"Orang tuamu sudah mengetahuinya?"