Saat sorang lelaki duduk di sebelahnya, ia tak acuh, pasrah sudah apa pun yang terjadi. Akad nikah berjalan lancar, Fitri tidak sekalipun memperhatikan lelaki yang menikahinya. Saat diharuskan mencium tangan suaminya, ia melakukannya dengan muka tetap menunduk.
Mungkin hatinya mati, serupa raga tanpa jiwa, ia hanya terdiam. Entah apa yang berkecamuk dalam dadanya.
Setelah semua proses akad nikah selesai, ke dua mempelai diharuskan masuk kamar pengantin. Sedang Fitri masih belum melihat suaminya. Terus menunduk, sampai akhirnya, di dalam kamar, wajah Fitri diangkat suaminya.
"Joni?!"
"Iya, Sayang, ini aku."
Rasa terkejut membuat Fitri tak mampu berkata sesaat. Ia seperti bermimpi, tapi serasa nyata. Diusap matanya berkali-kali, seakan takut yang dilihat hanya sebuah ilusi.
"Kamu benar, Joni?!" masih belum yakin, Fitri bertanya kembali.
"Iyaaa, ini aku, Joni, kekasihmu."
Mendengar jawaban itu, Fitri langsung memeluk Joni. Air mata kembali tumpah, tapi, kali ini air mata bahagia.
Jiwa yang sempat hilang tadi, kini kembali, seperti hidup dari sebuah kematian.
"Jadi, selama ini yang dijodohkan denganku itu kamu?" tanya Fitri dengan masih erat memeluk Joni