Mohon tunggu...
Paidi Bengkulu
Paidi Bengkulu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru di jenjang SMK. Riwayat pekerjaan sy pertama menjadi honorer di SMEAN Bengkulu, dan pada tahun 1999 mengikuti seleksi menjadi PNS Guru dan ditempatkan di SMAN 2 Talo Bengkulu Selatan. Setelah 5 tahun melaksanakan tugas di sana, selanjutnya pada tahun 2004 pindah tugas ke SMKN 1 Kota Bengkulu hingga bulan Desember 2019. Guna peningkatakan karis sebagai guru, selanjutnya mendapatkan amanah dari pemerintah provinsi Bengkulu menjadi Kepala Sekolah di SMKN 4 Kota Bengkulu (2019- Juli 2024) dan pindah tugas ke SMKN 6 Kota Bengkulu (Juli 2024 - sekarang). Selain sebagai Guru Penulis juga menjadi (1) Dosen Luar Biasa (DLB) di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bengkulu (2022 - sekarang), (2) Asesor Kompetensi di lingkungan LSP SMKN 1 & LSP 2 Dikbud, (3) Pengurus MKKS SMK Provinsi Bengkulu, (4) Pengurus MKKS SMK Indonesia (2023 - sekarang).

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

TEFA Membentuk Generasi Z yang Tangguh

3 Agustus 2024   17:21 Diperbarui: 3 Agustus 2024   17:45 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : dari https://www.ruangguru.com/blog/perbedaan-gaya-belajar-antar-generasi

Tahun pelajaran 2024/2025 baru saja dimulai di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA/SMK/MA. Untuk jenjang SMK yang memiliki peranan dan tugas dalam pendidikan untuk menyiapkan lulusannya dapat BMW (Bekerja, Melanjutkan atau Wirausaha /menjadi enterpreneur)  kiranya proses pembelajarannya perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, mengapa ya? 

Kelas X jenjang SMK saat ini adalah mereka yang lahir antara 1997 -  2012, sebutan mereka adalah "Generasi Z". Generasi ini memiliki karakteristik unik yang perlu mendapatkan perhatian dari Bapak/Ibu guru di sekolah. Perhatikan gambar berikut:

Input sumber gambar: dari  https://www.kantorkita.co.id/blog/mengenal-karakter-gen-z-di-dunia-kerja/
Input sumber gambar: dari  https://www.kantorkita.co.id/blog/mengenal-karakter-gen-z-di-dunia-kerja/

Merujuk pada gambar di atas, maka pembelajaran di SMK dapat menerapkan  model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) yang disesuaikan dengan karakteristik daerahnya dan karakteristikan program keahliannya. Teaching Factory (TEFA) adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan proses produksi nyata ke dalam lingkungan pendidikan, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman praktis dan langsung dalam suasana yang menyerupai dunia industri. 

Manfaat TEFA ntuk generasi Z, yang dikenal dengan keterlibatan teknologi yang tinggi, maka pembelajaran Teaching Factory dapat diadaptasi dengan beberapa pendekatan berikut: 

1. Penggunaan Teknologi Digital:

  • Pembelajaran Berbasis Proyek Digital: Memanfaatkan platform digital untuk proyek kolaboratif di mana peserta didik dapat bekerja pada proyek nyata dengan alat dan perangkat lunak yang digunakan dalam industri.
  • Simulasi dan Virtual Reality (VR): Menggunakan simulasi atau VR untuk memberikan pengalaman langsung dalam lingkungan pabrik virtual, sehingga peserta didik dapat berlatih tanpa risiko atau biaya yang tinggi.

2. Kolaborasi dengan Industri Saat Praktik Kerja Lapangan (PKL):

  • Magang dan Program Kerja Sama: Mengatur program magang atau kerja sama dengan perusahaan lokal/nasional/internasonal sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman kerja nyata.
  • Studi Kasus dari Industri: Menggunakan studi kasus nyata dari industri sebagai bahan ajar untuk membantu peserta didik memahami tantangan dan solusi dalam dunia nyata.

3. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning):

  • Proyek Nyata: Melibatkan peserta didik dalam pekerjaan / proyek produksi nyata yang memiliki dampak langsung, sehingga mereka dapat melihat hasil kerja mereka digunakan di dunia nyata.
  • Manajemen Proyek: Mengajarkan keterampilan manajemen proyek, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, yang merupakan keterampilan penting di dunia kerja.

4. Inovasi dan Kreativitas:

  • Hackathon dan Kompetisi:  Menyelenggarakan hackathon (merupakan kegiatan kompetisi pemrograman yang berlangsung untuk beberapa jam hingga beberapa hari ) atau kompetisi yang menantang peserta didik untuk menemukan solusi kreatif untuk masalah nyata dalam waktu terbatas.
  • Inkubator Startup: Membentuk inkubator startup di sekolah untuk mendorong peserta didik mengembangkan ide bisnis mereka sendiri dengan dukungan dari mentor industri.

5. Pengembangan Keterampilan Soft Skills:

  • Keterampilan Komunikasi: Mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif, baik lisan maupun tulisan, untuk berinteraksi dengan rekan kerja dan klien.
  • Kerja Tim dan Kolaborasi: Menekankan pentingnya kerja tim dan kolaborasi dalam proyek-proyek, mirip dengan lingkungan kerja di industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun