Mohon tunggu...
Rival Pahrijal
Rival Pahrijal Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Pelajar

Long life learning

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Minimalis adalah Perjalanan, Bukan Tujuan

13 Januari 2021   18:07 Diperbarui: 13 Januari 2021   18:13 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa tujuan kamu dalam hidup ini? Seringkali pertanyaan itu muncul ketika sedang membicarakan hidup. Tujuan adalah sesuatu yang kita kejar, sesuatu yang menjadi akhir perjuangan dan lelah, sesuatu yang menurut kita adalah sebuah hal besar dan luar biasa. 

Tujuan itu terletak di akhir, bukan di awal atau di pertengahan perjalanan hidup. Mungkin penentuan tujuannya memang di awal, tapi apakah kita bisa mencapainya atau tidak, itu terjadi di akhir.

Ketika kita mulai menerapkan sesuatu yang baru, entah itu gaya hidup, pemahaman, atau pun keyakinan, biasanya kita langsung berada pada sisi ekstrim dari hal tersebut. 

Misalnya saja ketika aku memutuskan untuk menjalani gaya hidup minimalis, maka aku berada pada titik ekstrimnya yaitu untuk menyedikitkan barang sesedikit mungkin. Aku mencari barang mana saja yang kiranya harus aku buang dalam proses decluttering. 

Padahal itu adalah pemahaman yang salah. Dalam proses decluttering, yang jadi pertanyaan idealnya adalah barang mana yang akan kita pertahankan, bukan barang mana yang hendak kita singkirkan.

Minimalis itu bukan sebuah tujuan hidup, bukan suatu hal yang kita kejar, bukan pula suatu hal yang jauh di depan sana. Sebagaimana yang aku sampaikan di artikel sebelumnya bahwa dalam memulai hidup minimalis, kita harus mendahulukan hal-hal yang mudah untuk kita lakukan. Artinya hidup minimalis itu bukan suatu hal yang jauh untuk dicapai, tetapi dekat dan sangat mudah untuk dimulai.

Hidup minimalis itu sangat luas cakupannya, bukan hanya soal barang, bukan hanya soal tata ruang, bukan hanya soal monokrom, dan bukan hanya soal decluttering. Minimalis itu luas, menyangkut segala aspek dalam hidup kita. 

Entah itu pakaian, makanan, tempat tinggal, pembelajaran, cara berpikir, cara berbicara, cara berdialog, bahkan dalam menjalin hubungan dengan pasangan.

Ketika kamu menetapkan hidup minimalis sebagai tujuan, maka ketika kamu memulainya dan seketika berada pada sisi ekstrim dari gaya hidup minimalis kamu akan merasa sudah berada pada puncak minimalis. Padahal kenyataannya itu adalah sebuah kesalahan besar. Lalu kamu menganggap orang yang belum menerapkan gaya hidup minimalis versi kamu itu salah. Hal ini tidak lah benar. 

Setiap orang berhak dan merdeka untuk menentukan gaya hidup yang mereka inginkan. Belum tentu gaya hidup minimalis versi kamu itu cocok dengan mereka. 

Sebagaimana hidayah, setiap orang memiliki titik baliknya masing-masing. Kita tidak berhak mengurusi gaya hidup mereka. Lantas apa yang bisa kamu lakukan? Hanya memberi contoh yang baik. Just it!

Oleh karena itu, ketika kamu mulai enggan untuk berbelanja barang yang biasanya kamu lakukan rutin dengan teman-teman mu dan membuat mereka heran. Jangan hanya membuat perbedaan dari keengganan untuk berbelanjanya saja, melainkan kamu harus berbeda dari mereka dari aspek yang lain yang tentu saja kamu lebih positif dari mereka. 

Dari yang asalnya gemar bergosip ketika berkumpul, mulai lah berkata kepada diri sendiri dan teman-temanmu "Eh, udah dong ngobrolin masalah itu, mending ngobolin hal lain yuk." 

Dari yang asalnya kamu merupakan orang yang sering galau dan teman-teman dekatmu mengetahui hal itu, mulai lah belajar tenang dalam menghadapi masalah. Dari yang asalnya kamu enggan memberi, mulai lah untuk membiasakan bersedekah. 

Dari yang biasanya ngaret kalau janjian, mulai lah datang tepat waktu ketika akan bertemu. Dari yang asalnya lebih banyak berbicara, mulai lah lebih banyak mendengar dan melihat.

Perbedaan-perbedaan ini lah yang akan membuat mereka merasa heran dan penasaran. Ketika mereka mulai penasaran, maka kamu bisa mulai menceritakan alasan sebenarnya mengapa kamu melakulan hal-hal tersebut yang tidak lain adalah karena kamu mulai menerapkan gaya hidup minimalis.

Jadikan lah gaya hidup minimalis itu sebuah perjalanan panjang dalam hidupmu. Dimana perjalanan itu memiliki tingkatan-tingkatan atau fase-fase yang begitu banyak. Tidak perlu memikirkan hasilnya, jalani saja prosesnya dengan penuh kesadaran.

Ingat bahwa minimalis bukan hanya soal barang, melainkan juga soal pola pikir kamu. Ketika pola pikir kamu terbentuk, maka kamu akan berusaha agar perilakumu mengikuti pola pikir itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun