Mohon tunggu...
Syahrizal Pahlevi
Syahrizal Pahlevi Mohon Tunggu... Seniman - adalah seorang penyuka gambar dan tulisan. tinggal di Yogyakarta.

lahir di Palembang. menyelesaikan sd, smp dan sma di Palembang. Pendidikan: ISI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolong Jangan Corat-coret

13 Februari 2022   17:00 Diperbarui: 13 Februari 2022   17:01 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalimat bernada memohon diatas atau semacamnya kerap ditempel oleh pemilik dinding bangunan yang putus asa. Ia tidak ingin ada tangan-tangan jahil dan iseng mencorat-coret dinding rumah/toko/kantor mereka yang barusan dicat rapih dengan warna keinginan mereka sendiri.

Ada yang mujarab berhasil mencegah tangan- tangan jahil tapi lebih sering permohonan tersebut tidak berarti apa-apa. Tetap saja aksi corat-coret iseng harus mereka hadapi.

Menyusuri jalan- jalan di Yogyakarta, baik melewatijalan utama sampai jalan kecil masuk kampung mata kita akan disuguhi pemandangan serupa: mural, grafiti dan bentuk corat-coret di dinding bangunan.

Ada gambar dan corat-coret yang artistik dan terasa berada pada tempatnya. Ini cukup membuat mata yang memandang terpuaskan dan memberi perasaan lega menikmatinya.

Namun lebih sering gambar dan corat-coret  itu terlihat tidak artistik dan terasa tidak berada pada tempatnya. Ini membuat mata yang memandang jadi lelah dan bikin perasaan nyesek saja.

Eforia menghiasi dinding-dinding bangunan apapun yang bisa ditemui oleh para seniman street art (istilah kerennya) dalam 1 dekade lebih ini rupanya juga diikuti oleh para 'penyuka corat-coret' baik yang serius sampai yang memang iseng.

Serius disini karena mungkin mereka nantinya akan jadi seniman beneran dan saat ini tengah belajar mengejar jam terbang mencorat-coret dinding.

Sedangkan yang iseng nampaknya akan selalu demikian tanpa tujuan pasti. Mereka yang iseng sekedar mencatatkan eksistensi diri atau kelompok mereka dengan tujuan agar dilihat orang atau kelompok lain yang jadi saingan mereka.

Mestinya berekspresi dengan mencorat-coret dinding demikian sah saja sepanjang tidak merugikan pihak lain. Tidak jarang para pemilik dinding justru memfasilitasi seniman atau orang-orang tertentu untuk mencorat-coret aset bangunan miliknya karena menganggap hal tersebut akan menambah artistik dan asri   bangunan mereka.

Nah, yang jadi persoalan seringnya dalam masalah corat-coret dinding ini justru berefek merugikan. Ini karena aksi corat-coret tanpa izin dan semena-mena yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi alias main kucing-kucingan.

Yang dirugikan adalah para pemilik dinding bangunan yang ketiban sial dan bisa jadi masyarakat sekitar juga dirugikan karena lingkungannya jadi terkesan berantakan.

Tampaknya sejak fenomena corat-coret liar ini marak di Yogyakarta (dan merambah ke kota-kota lain) tidur para pemilik dinding bangunan jadi tidak nyenyak lagi.

Bayangkan, baru saja mereka membayar mahal tukang cat untuk mengecat dinding toko, rumah, pagar, rolling door milik mereka sendiri dengan warna idaman mereka, belum lagi cat tersebut benar-benar mengering, eh...esok paginya ada secuil atau seabrek coretan cat di dinding bangunan mereka. Nyesek bukan?

Kita aja yang bukan pemilik dinding tersebut dan hanya bisa menyaksikan tentunya bisa merasakan kegeraman mungkin kemarahan sang empunya dinding bangunan.

Tidak jarang kita lihat pemilik bangunan bersusah payah membersihkan dindingnya dari coretan yang tidak diinginkannya tersebut. Tapi siapa bisa menjamin esoknya atau kapan-kapan di kemudian hari dindingnya akan luput dari tangan-tangan jahil pencorat-coret tak bertanggung jawab?

Bagi para pencorat-coret dinding sepertinya tidak ada ketakutan atau hal-hal yang bisa menahan nafsu iseng  mereka. Dinding apapun yang ditemui tidak ada yang luput dari incaran. Barangkali yang dapat membuat keder nyali mereka cuma dinding aset pemerintah saja karena akan berhadapan dengan hukum jika ketahuan aksinya.

Selain bangunan aset pemerintah, yang dapat membuat takut juga cuma aset kraton Ngayogyakarta.
Nah kalau ini mereka bukan saja akan berhadapan dengan hukum tetapi juga behadapan dengan warga Yogyakarta yang tidak rela bangunan bersejarah kebanggaan mereka dicorat-coret tangan iseng.

Lebih jauh lagi bisa kualat!

Syahrizal Pahlevi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun