Pemikiran Jurgen Habermas mengenai Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi yang menekankan pentingnya dialog terbuka dan saling pengertian dalam interaksi sosial. Habermas mengembangkan konsep "tindakan komunikatif" yang menitikberatkan pada pencapaian konsensus melalui komunikasi yang bebas dari manipulasi dan kekuasaan.Â
Dengan menekankan peran ruang publik sebagai arena diskusi, ia menunjukkan bahwa partisipasi aktif dalam komunikasi publik merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat yang demokratis dan inklusif. Implikasi dari teori ini sangat relevan dalam konteks komunikasi lintas budaya, dimana prinsip komunikasi yang adil dapat membantu membangun toleransi dan saling pengertian antar berbagai kelompok. Dengan demikian, Teori Kritis tidak hanya berfungsi sebagai alat analisis sosial, namun juga sebagai panduan praktis untuk menciptakan masyarakat yang lebih egaliter dan demokratis, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kajian komunikasi dan sosiologi di era modern ini.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Adorno, T. W., & Horkheimer, M. (1997). The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception. Dalam Dialectic of Enlightenment (terj. John Cumming). New York: Verso.
Habermas, J. (2023). Teori Kritis dalam Paradigma Komunikasi. Manthiq: Jurnal Filsafat Agama dan Pemikiran Islam, 1(1).
Hardiman, F. B. (2018). Demokrasi Deliberatif: Menimbang 'Negara Hukum' dan 'Ruang Publik' dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius.
Mustofa, C. (2008, November 15). Teori Kritis Madzhab Frankfrut. Materi disampaikan dalam Diklat Penalaran Dasar Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual (UKPI) IAIN Sunan Ampel, Auditorium Fakultas Syariah.
Nuris, A. (2016). Tindakan Komunikatif: Sekilas Tentang Pemikiran Jurgen Habermas. Jurnal al-Balagh, 1(1).
Specter, M. (2011). Habermas: an Intellectual Biography. New York: Cambridge University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H