Mohon tunggu...
Saprudin Padlil Syah
Saprudin Padlil Syah Mohon Tunggu... profesional -

Visit me on padlilsyah.wordpress.com I www.facebook.com/Padlil I\r\n@PadlilSyah

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Pustun" dan "Gunung" Menyadarkan Kader PKS

20 Mei 2013   07:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertama kali mendengar berita bahwa pemimpinnya, panutannya dan gurunya di tangkap KPK membuat para kader PKS kaget bukan kepalang. Bahkan hampir-hampir mereka tidak percaya sang guru (murobbi) melakukan kejahatan korupsi. 'Konspirasi' menjadi pembenaran atas keadaan yang menimpa panutannya. 'KPK sedang di peralat' adalah dalih lain untuk menyakinkan diri dan masyarakat bahwa mustahil pemimpinnya berbuat apa yang dituduhkan KPK. 'Ahamad Fatahanah adalah intelejen yang disusupkan' menjadi kabar yang beredar luas dan diyakini oleh setiap kader PKS. Masih banyak dalih-dalih lain dan sikap-sikap para kader PKS yang tampak tidak percaya atas sikap KPK.

Ahmad Fathanah dalam sidangnya sangat menguntungkan LHI. Setiap informasi yang diberikan tidak memberatkan LHI. Terlepas, apakah AF sedang berbohong atau tidak. Namun bukti yang dimiliki KPK yaitu rekaman pembicaraan antara AF dan LHI membuktikan bahwa 1. AF berupaya melindungi LHI dengan persaksian palsu di persidangan, 2. LHI benar berencana dan telah melakukan kerjasama dengan AF dalam kasusnyang dituduhkan KPK.

Semoga dengan bukti-bukti ini para kader PKS sadar, bahwa yang besalah tidak patut di bela. Kalau tetap membela yang bersalah (koruptor) maka ada baiknya para kader harus membaca ulang tujuan masuk PKS. Kalau tujuan berpolitik, dengan menghalalkan segala cara -penulis mencoba memakluminya- lanjutkan bersikap demikian. Namun kalau tujuannya berdakwah, penulis ingin mengatakan 'jangan bersuci dengan air kencing'.

Begini rekaman percakapan antara LHI dan AF

Luthfi: Halo

Fathanah: Mau dibawa kemana nganter ini yang empat puluh ribu dollar ?

Luthfi: Eee empat puluh ribu ?

Fathanah: Iya dua ratus lima puluh sudah ditransfer ke itu, siapa. Dua ratus lima puluh juta, transfer. terus...

Luthfi: Ente ente ada di mana sekarang?

Fathanah: Ana lagi di Depok. Tapi mau ke Jakarta. Mau diantarin kemana?

Luthfi: Ada lagi di DPP jam satu baru mau meninggalkan DPP

Fathanah: Ya udah Ana usahakan deh kalau lewat DPP, lewat DPP ana tinggalin langsung jalan nih. Ya udah siap aja

Luthfi: Ana ana kirain ente mau kirim lima ratus lima puluh

Fathanah: Eh jadi Ana rugi. ini bisa-bisa. bisa-bisa gunung antum ini, gunung antum ini. Nanti Ana kasih tau.  Gunung Antum bisa meledak lho. Artinya betul-betul nggak ada pemasukan di Antum, Terus korek korek  korek korek korek akhirnya. Akhirnya meledak sendiri deh. Ngak kayak bisa tidur lagi di rumah.

Luthfi: Ngak..nggak yang yang yang dulu kan potong pajak dua puluh lima persen. Kalo yang sekarang ..haha..

Fathanah: Ya Allah, ini pajak kali ini, pajak preman, ya akhi. Ini pajak pereman ini.

Luthfi: Ya udah, Ana jam satu berangkat, kalau mau kesini sebelum jam satu ya.

Fathanah: Ke KPU. Kalau ada nyusul deh, dimana Ana titip sapa Yopa kek, Siapa kan itu yang tugas hari ini. Ana tahu siapa. ya udah. Kan bisa bisa gunung meledak sendiri nih. Kagak ada pemasukan.

Luthfi: Ya udah. Yok, Wassalamualaikum.

Fathanah : Yassalam.

Berita terkait pustun dan gunung LHI bisa dibaca disini dan disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun