Mohon tunggu...
Prasetyo Adi Wibowo
Prasetyo Adi Wibowo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang yang sedang belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kreatifitas Guru dalam Menggunakan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kurikulum 2013

8 Desember 2022   13:50 Diperbarui: 8 Desember 2022   13:56 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dimungkiri bahwa dalam proses pembelajaran, adakalanya siswa bahkan guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi masalah bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan, perlu diciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang bervariasi. Apabila guru mampu menghadirkan proses belajar yang bervariasi, kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi.

Menurut Suprihatiningrum (2014) kejenuhan siswa dalam memperolah pembelajaran dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung, seperti kurang perhatian, mengantuk, ngobrol dengan sesama teman, pura-pura permisi mau ke kamar kecil, hanya untuk menghindari kebosanan. Oleh karena itu pembelajaran yang bervariasi sangat urgen (penting) artinya bagi terlaksananya pencapaian tujuan sehingga situasi dan kondisi belajar-mengajar berjalan normal.

Tujuan variasi mengajar mencakup empat macam, yaitu (1) meningkatkan perhatian siswa; (2) memotivasi siswa; (3) menjaga wibawa guru; (4) mendorong kelengkapan fasilitas pembelajaran. Selain tujuan, juga terdapat komponen variasi mengajar (Suprihatiningrum, 2014:67) yang meliputi empat hal, yaitu pertama variasi gaya mengajar. Variasi gaya mengajar akan menjadikan proses pembelajaran lebih dinamis dan mengintensifkan komunikasi antara guru dan siswa. Dengan variasi mengajar, perhatian siswa akan meningkat sehingga mempermudah siswa dalam menerima bahan pelejaran. Variasi mengajar terdiri dari (a) Variasi suara: guru perlu mengatu intonasi, nada, volume, dan kecepatan suara. Guru dapat menaikan intonasi dan volume ketika menyampaikan hal-hal yang dianggap penting (kata kunci). (b) Penekanan (focusing): penekanan dilakuakn untuk memfokuskan perharian siswa pada hal penting. Penekana dapat dilakukan secara verbal (suara) dan dipertajam dengan nonverbal (gerak tubuh seperti menakannya di papan tulis, menunjuk dengan jari, atau melingkari kata-kata penting di papan tulis). (c) Pemberian waktu (pausing): jika menemui kelas riuh ramai, guru dapat memberikan waktu dia sejenak tanpa kegiatan. Hal ini dilakukan untuk menari perhatian siswa. Pemberian waktu juga digunakan siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan guru. (d) Kontak pandang: Kontak pandang perlu diberikan secara merata ke seluruh kelas. Hal ini untuk menunjukan komunikasi berjalan secara positif kepada semua siswa. Namun, jika guru perlu memberikan perhatian kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, guru perlu memberikan konta pandang secara khusus kepada siswa tersebut. (e) Gerakan anggota badan (gesturing): Gerak anggota badan perlu juga divariasi. Variasi gerak meripakan bagian dari komunikasi. Mengatakan tidak sambil menggelengkan kepasa lebih bermakna dibanding tapa gerakan apapun. Variasi gerak juga dapat dilakukan ketika memberikan pujian kepada siswa seperti mengacungkan jempol. (f) Pindah posisi: guru tidak hanya duduk dikursi guru atau hanya berdiri di depan papan tulis selama pelajaran berlangsung. Guru perlu berpindah posisi dengan cara memutar ke seluruh ruang kelas dan mendekati meja siswa. Hal ini tentunya dapat membantu menarik perhatian siswa.

Kedua, variasi media dan bahan ajar. Media dan bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelejaran karena membantu guru dalam menyampaikan materi. Ada tiga jenis media pembelajaran menurut indra manusia. (1) Media pandang (dapat dilihat), seperti grafik, bagan, poster, spesimen, gambar, dan slide. (2) Media dengar, seperti rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telepon. (3) Media taktik, sepeti penyusunan atau pembuatan model. Dengan media ini, siswa berkesempatan untuk menyentuk dan memanipulasi benda.

Ketiga, variasi interaksi. Ada dua jenis variasi interaksi yang umum terjadi di kelas, yaitu (1) Guru aktif menjelaskan dan siswa medengarkan. (2) Siswa aktif secara bebas tanpa campur tangan dari guru atau guru hanya mengarahkan pembelajaran.

Keempat, variasi metode mengajar. Variasi metode mengajar adalah bermacam atau beragamnya penggunaan cara guru dala menyajikan pelajaran kepada siswa seperti kombinasi penggunaan metode ceramah dengan tanya jawan, metode ceramah dengan diskusi, metode pemberian tugas dan demonstrasi, dan sebagainya. Guru dapat menggunakan paduan beberapa metode dalam satu kali kegiatan pembelajaran. Variasi metode mengajar memiliki tujuan: (1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses pembelajaran; (2) Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi; (3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah; (4) Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual; (5) Mendorong anak didik untuk belajar.

Simpulan

Materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis pada teks membuat muatan Kurikulum 2013 penuh dengan pembelajaran mengenai struktur teks, sehingga hari-hari siswa menjadi hari struktur. Selain itu, terdapat juga kurangnya relevansi beberapa materi dengan kondisi budaya lokal.

Penggunaan strategi yang tepat seharusnya digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kebosanan dan sebagai penunjang yang utama dalam pembelajaran agar lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaan strategi, perlu juga dikombinasikan dengan adanya variasi mengajar yang dilakukan oleh guru. Variasi mengajar tersebut antara lain variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar, variasi interaksi, serta variasi metode mengajar.

Jadi, Pembelajaran Bahasa Indonesia di kurikulum 2013 hendaknya dirancang agar membebaskan peran guru dalam mengembangkan kreativitas, salah satunya dalam menggunakan strategi pembelajaran secara mikro maupun makro, sehingga guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas pada saat itu. Hal tersebut tentunya sesuai dengan yang telah tertera pada Permendikbud No 103 Tahun 2014 Pasal 1 dan 2.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun