Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 53: Raga yang Terbuka

7 April 2013   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13653030842067222399

Dan...

Dhanapati terkesiap.

Dia sama sekali tak bersiap- siap untuk menemukan pemandangan semacam itu. Terperanjat, dia berhenti melangkah. Dadanya berdebar, dan tubuhnya terasa menghangat.

Di sana, di hadapannya, Kaleena sedang mandi di danau berair bening itu. Bajunya ditumpuk di atas bebatuan tak jauh dari tempatnya mandi. Tak menyadari bahwa Dhanapati ada di sekitar situ, Kaleena dengan asyik membasuh dan membersihkan badannya yang polos tanpa selembar benangpun menempel disana.

Dhanapati mematung hampir tak berkedip. Nafasnya memburu.

Karena terkena air, ramuan dari dedaunan, batang dan ranting pohon yang dibalurkan ke tubuh Kaleena agar dia tampak seperti para perempuan di Jawadwipa luntur. Dan kulit aslinya tampak. Kulit kekuningan yang halus. Dhanapati tahu itu halus, sebab dia pernah menyentuhnya.

Nafas Dhanapati makin memburu. Dadanya terasa sesak...

***

Kiran melangkah menembus hutan. Sang Surya baru saja muncul. Dia menggendong sesosok perempuan tua, Mohiyang Kalakuthana.

Dini hari tadi, Kiran terlibat pertempuran sengit melawan Rakyan Wanengpati dan Durgandini. Ketika diketemukannya hampir tengah malam kemarin, kedua orang itu sedang berjalan di belakang Mohiyang Kalakuthana. Kiran mengamati mereka dan mendengar apa yang dikatakan Rakyan Wanengpati pada Mohiyang, dia segera tahu bahwa ada yang tidak beres.

Mohiyang tidak bertindak berdasarkan akalnya sendiri. Dia dalam kendali Rakyan Wanengpati yang jelas sekali memerintahkannya untuk menunjukkan jalan ke pondok dimana Kiran berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun