"Mmmm... Kalau tidak salah ingat, para prajurit mengatakan dia bersama seseorang. Tapi tidak jelas siapa karena tak sempat diperiksa...."
Buriswara masih memicingkan matanya. Keningnya berkerut. "Hmmmmm.... Rasa-rasanya aku bisa menebak apa yang terjadi..."
"Apa yang terjadi, Buriswara? Jangan berteka-teki di sini..." Mahapatih menyela tidak sabar.
"Hamba rasa-rasanya bisa menebak kenapa ketiga pendekar itu berkelahi, yang Mulia. Mereka berkelahi bukan karena mabuk. Tapi semata demi mengalihkan perhatian..."
"Mengalihkan perhatian? Dari siapa dan untuk apa?"
"Mengalihkan perhatian penjaga, tentu saja. Supaya Pendekar Misterius bisa lolos tanpa pemeriksaan."
"Tapi kenapa? Rasa-rasanya semua prajurit yang berjaga di Trowulan tahu kalau Pendekar Misterius tak perlu diperiksa jika hendak keluar atau menmasuki Trowulan bukan?"
"Betul. Pendekar Misterius tak perlu diperiksa. Tapi orang yang bersamanya. Hamba yakin, siapapun yang bersama Pendekar Misterius, dialah prajurit Sunda Galuh...."
"Ahhhh...." Terdengar seruan tertahan. Yang kemudian diikuti keheningan.
"Ka... Kalau begitu, kita kejar Pendekar Misterius. Dia pasti belum jauh. Kita cegat di lokasi yang kemungkinan dia lewati..." Senopati Trisuryo berujar penuh semangat. "Kenapa? Ada yang salah?" Trisuryo keheranan melihat rata-rata rekannya tersenyum. Bahkan Mahapatih Gajah Mada juga tersenyum.
"Kau terlalu lama berdiam di Trowulan, senopati, sehingga tidak mengetahui kondisi terkini dunia persilatan." kata Mahapatih. "Yang akan kita kejar adalah Pendekar Misterius. Pen-de-kar Mis-te-ri-us. Jika dia melarikan diri atau bersembunyi, bahkan dewata sekalipun tak bisa menemukannya..."