Semua setuju. Mereka segera menyusun rencana. Kayan yang terluka diobati. Dia diberi pakaian baru. Pakaian berbentuk jubah panjang yang menutupi luka di kaki, lengan dan pundak.
***
Kedua lelaki itu berjalan tenang. Tidak tergesa. Sesekali mereka menepi. Jalan di Trowulan luar biasa ramai. Masyarakat berbaur dengan prajurit. Semua prajurit Majapahit rupanya diturunkan guna mengamankan Trowulan.
Lima prajurit berkuda melewati jalan sambil berteriak-teriak. Masyarakat menepi sambil menyumpah-nyumpah.
"Kita ke sana," bisik Pendekar Misterius. "Kita keluar melalui pintu gerbang utama..."
Trowulan memiliki empat pintu gerbang, salah satunya merupakan pintu gerbang utama, yang disebut Waringin Lawang. Berupa pintu gerbang yang dilengkapi gapura di kanan-kiri, dilengkapi dua pohon beringin berukuran raksasa.
Dalam upaya meloloskan Kayan, Pendekar Misterius memilih langkah tak terduga. Yakni berusaha lolos dari pintu gerbang utama. Dari pintu gerbang terbesar yang dijaga paling ketat.
“Para prajurit pasti akan memusatkan pencarian dan penjagaan pada pintu alternatif. Secara naluriah, pihak yang berusaha melarikan diri pasti akan berusaha mencari jalan keluar alternatif. Kita tidak boleh mengikuti alur pikiran mereka. Kita harus keluar dari pintu gerbang utama. Kita melarikan diri di tempat yang paling terang,” ujar Pendekar Misterius panjang lebar.
Seperti yang diduga, Waringin Lawang dijaga ketat. Warga yang hendak meninggalkan Trowulan diperiksa dengan seksama. Bukan hanya barang bawaan namun juga pakaian.
Lelaki yang mengenakan jubah lebar dipaksa membuka jubahnya.
“Ah, mereka cerdik. Mereka memaksa laki-laki membuka pakaian. Mereka tahu, jika ada prajurit Sunda Galuh yang lolos, dia pasti terluka...”