Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps. 44: Garuda Nglayang di Lapangan Bubat

16 Januari 2012   03:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padi Emas lalu bercerita....

***

Beberapa saat setelah gong dibunyikan, rombongan pasukan Sunda Galuh memasuki lapangan. Diawali munculnya tiga gajah dan iring-iringan empat kereta. Kemudian para pasukan berkuda. Mereka nampak gagah.

Tiga lelaki berkuda yang membawa panji Majapahit terlihat mendatangi rombongan. Terjadi pembicaraan. Tidak jelas apa yang didiskusikan karena beberapa saat kemudian tiga pengendara kuda itu kembali. Di saat bersamaan, terjadi perubahan di rombongan Sunda Galuh. Gajah dan kereta dibuat dalam formasi lingkaran. Para prajurit terlihat membentuk barisan dalam formasi siap tempur.

Bunyi gong kembali terdengar, kini bertalu-talu. Terdengar pekikan di sana sini. Prajurit Majapahit menyerbu.

Dari tepi lapangan Padi Emas mengamati dengan penuh perhatian. Dia sudah sering menyaksikan prajurit Majapahit berlatih perang. Ini pertama kali dia melihat prajurit menyerang lawan. Menyerang untuk menghancurkan.

Mata Padi Emas yang tajam dapat melihat kalau formasi menyerang Majapahit tidak sembarangan. Pasukan berkuda dan yang berjalan kaki menyerang dalam formasi tertentu. Setelah mengamati dengan seksama Padi Emas mengenali kalau Majapahit menyerang menggunakan formasi tempur yang disebut Garuda Nglayang (Garuda Melayang).

Formasi tempur ini mengandalkan kekuatan pasukan yang besar seperti burung Garuda melayang. Gerakan pasukan secara umum  meniru gerakan burung Garuda. Beberapa senopati  memimpin pasukan di paruh, kepala, sayap dan ekor, memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menyambar, mematuk dan mencengkeram.

Padi Emas mengenali Senopati Kebo Branjang memimpin pasukan pada posisi paruh, di belakangnya Senopati Swastri dan Senopati Trisuryo memimpin pasukan  pada posisi  kepala burung. Begawana Bhuriswara di sayap kiri dan Senopati Bango Ngrontol di sayap kanan. Dua orang yang mengenakan penutup kepala nampak memimpin pasukan pada posisi  cakar kaki, dan Senopati Kiageng Ngah memimpin pasukan pada posisi ekor yang merupakan  pasukan penyapu bersih.

Dilibatkannya sejumlah senopati kelas atas dan teroganisirnya pasukan merupakan pertanda kalau Majapahit memandang pertempuran dengan pasukan Sunda Galuh sangat penting. Bahkan maha penting sehingga tidak boleh gagal.

Pasukan Sunda Galuh menyikapi serangan dengan dua formasi. Pertama Formasi Wukir Jaladri (Gunung Lautan) dengan membentuk lingkaran dari gajah dan kereta sebagai 'gunung di tengah laut'. Baginda Maharaja Lingga Bhuwana bersama sang putri Dyah Pitaloka Citraresmi memimpin formasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun