Salah seorang dari ketujuh lelaki itu, masih dalam posisi memasang kuda- kuda menatap Kiran dan berkata, "Jadi di sini rupanya kau bersembunyi, gadisku…"
Deg.
Dada Dhanapati berdegup.
Dia tahu taktik itu. Itu adalah pancingan untuk melengahkan Kiran.
Walau hanya berada di belakangnya, Dhanapati dapat membayangkan bahwa seorang gadis semacam Kiran dengan beberapa kuntum melati tersemat di rambut yang terikat menjadi satu di atas tengkuk serta selendang sutra halus berpendaran warna pelangi di bawah cahaya bulan purnama adalah sesuatu yang akan sangat memikat hati.
Tapi panggilan ‘gadisku’ tadi jelas tidak diucapkan dengan nada kagum. Nada pengucapannya melecehkan. Itu pancingan agar Kiran marah. Dan mengingat bagaimana jengah Kiran sebelumnya ketika jemarinya berada dalam genggaman Dhanapati…
Dhanapati berusaha mengatasi rasa kebas di kakinya. Bersiap membantu Kiran jika gadis itu melakukan sesuatu yang tak terkendali.
Tapi dengan takjub didapatinya Kiran tak bergeming.
Gadis itu tetap berdiri di tempatnya tadi. Kini suaranya terdengar. Singkat, jelas dan sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kepolosan atau kekanakan yang kadangkala ditemukan Dhanapati selama ini.
"Siapa kalian?" Kiran bertanya, dingin dan datar.