Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 11: Bidadari Malam Menunggang Kegelapan

19 November 2011   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namun yang mengawasinya bukan para prajurit. Siapa?

Perempuan itu melangkah ke toko pakaian. Pura-pura tertarik. Jemarinya yang lentik membelai kain yang halus. Dia kemudian mengambil cermin kecil, dan mematut diri. Sebagai perempuan, cermin yang didatangkan dari Negeri Atap Langit merupakan mujizat. Kalau biasanya hanya melihat penampilan melalui bayangan air, kini dia bisa melihat langsung.

Dia memiringkan cerminnya. Melihat ke belakang. Dan dia melihat. Sekilas.

Yang mengawasinya adalah seorang lelaki muda yang nampak lemah lembut. Dada perempuan itu berdesir. Dia tahu, lelaki yang nampak lemah lembut itu bukan orang sembarangan. Dia bernama Sancaka, orang keenam dari Bhayangkara Biru!!

Kenapa anggota Bhayangkara Biru mengawasinya?

Dia kembali melangkah. Mencoba bersikap biasa. Namun kini lebih waspada. Dia melewati kios yang menjajakan berbagai jenis burung. Ada burung Nuri berwarna merah dan hijau, Kakatua yang terkantuk-kantuk, Merak yang memamerkan bulu, serta Beo yang tak henti-hentinya berkicau, berceloteh dalam bahasa Sansekerta.

Tiba-tiba sesuatu melayang mendekatinya. Dan hinggap ke tangannya. Seekor burung. Burung Merpati berwarna putih yang sangat jinak.

Merpati itu mengeluarkan suara lembut sambil mengeluskan kepalanya ke telapak tangan. Perempuan itu terkejut. Dia mengenali gerakan ini. Dan tiba-tiba tersadar. Ini bukan merpati biasa. Ini merpati milik Pendekar Padi Emas!!

Kenapa merpati milik Padi Emas bisa berada di Trowulan? Apakah sepupunya ini mau memberitahu sesuatu? Mereka belum lama berpisah. Pertemuan terakhir terjadi di kediaman Padi Emas ketika perempuan itu menitipkan kudanya, hampir empat bulan lalu.

Perempuan itu mengangkat tangannya dan memeriksa kaki si merpati. Ternyata benar. Di kaki kanan terlihat segulungan kain berwarna hitam yang diikat dengan benang emas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun