Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mertua yang Suka Ngomongin Jelek Menantunya di Belakang, Enaknya Diapain?

14 Juli 2020   18:54 Diperbarui: 31 Mei 2021   13:53 3374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mertua yang Suka Ngomongin Jelek Menantunya di Belakang (Ilutrasi: pixabay.com)

"Mertuanya seakan merasa seru saja kalau banyak orang dan pas ada menantunya, menyuarakan penggunjingannya kepada menantunya"

Awalnya mendengar curhatan suami tante saya yang sering diomongin jelek mertuanya (kakek saya) biasa-biasa saja, sebab saya pikir nggak jauh bedalah dengan ending di sinetron-sinetron tivi. 

Kalau bukan menyesal, ditinggal mati, jatuh miskin, ataupun bahagia. Kalau boleh saya usul sesekali endingnya punya banyak anak dong, yang semuanya jadi politikus agar penutup dari sinetronnya bukan lagi memperebutkan harta warisan keluarga, tapi memperebutkan kekuasaan demi kepentingannya masing-masing. Hahaha.

Namun dari curhatan suami tante saya tersebutlah, saya mulai agak inscure. Sebab bayangin saja teman-teman tiap malam dia ngeluh pada saya, kayak dia aja punya masalah di dunia ini, sayanya nggak.

Apalagi akar masalahnya hanyalah pada omongan mertua, andai dia mau berpikir secara lebih bijaksana sebenarnya sederhana saja; tutup telinga dan nikmatilah hidupmu yang menderita, bukankah memang hidup manusia hanyalah tragedi semata. Hahaha.

Baca juga : Enam Kiat Jitu Menjaga Hubungan Harmonis Menantu dan Mertua

Sampai pada suatu kesempatan, saya mencoba mendengar keluh kesahnya baik-baik dengan tempo yang sefokus-fokusnya dan meminggirkan subjektifitas posisi saya dan mertuanya yang juga kakek saya.

Dia bercerita kalau sesungguhnya bukan sekadar omongan jelek tentang dirinya yang dia permasalahkan, tapi lebih daripada itu mertuanya, kayak apa di'... seperti anu na sengajaji memang mau na cerita kalau adai.

Mertuanya seakan merasa seru saja kalau banyak orang dan pas ada menantunya, menyuarakan penggunjingannya kepada menantunya, dan si menantu inilah yang dirobek-robek sisi kepercayaan dan keseriusan dirinya telah memilih anak gadis dari mertuanya.

Berbekal keprihatan yang saya rasa agak lebay juga, hahaha. Saya mulai membuka mata kepada suami tante saya yang sering diomongin itu, dan mencoba merunut penyelesainya, dari bagaimana latar belakangnya, rumusan masalahnya, pembahasannya, sampai pada kesimpulannya. *mau bikin tulisan di Kompasiana atau makalah Yul. %^$*^)@()()&#.

Latar Belakang

Pola mertua yang sering ngomongin menantunya ini, pada dasarnya punya akar masalah yang tidak jauh-jauh amat, sebagaimana yang diusahakan manusia abad pertama sampai abad corona, yaitu isi perut dan uang, itu saja sesederhana itu dan sekadar begitu.

Parahnya, masa sekarang sedang pandemi Covid-19, banyak karyawan di PHK, termasuk suami tante saya itu. Lah, mertuanya nggak mau tahu, pokoknya harus kerja, kerja, kerja, untuk Indonesia maju atau setidaknya untuk keluarganyalah dulu.

Dari latar belakang itulah saya bisa merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana si Menantu bisa mendapatkan isi perut dan uang agar tidak lagi diomongin mertuanya?

2. Bagaimana cara si menantu untuk menciptakan lapangan kerja?

Baca juga : 4 Sebab Rusaknya Hubungan Mertua dan Menantu

Pembahasan.

Satu hal yang telah kita mafhumi sebagai makhluk yang makan, bersetubuh, dan berak ini bahwa semua hal akan berubah termasuk isi perut dan uang, yang pasti hanyalah perubahan itu sendiri. Dari sanalah titik pijak si menantu harus mengoperasikan cara berpikirnya untuk bagaimana ia bisa mampu memegang kendali atas sebuah perubahan.

Memegang kendali atas potensi-potenssi yang ada pada dirinya, memegang kendali atas hal-hal kecil yang bisa dia lakukan untuk bermanfaat kepada banyak orang, dan memegang kendali atas apa yang harus dia capai dalam sebuah perubahan. 

Jika hal itu ia lakukan ia akan sibuk bahkan sangat sibuk kepada dirinya sendiri. Sampai lupa bagaimana caranya resah lagi kepada omongan mertuanya, dan mertuanya mungkin akan tetap berbusa-busa ngomongin menantunya, namun yang harus diingat beliau sudah tua, heheh. (hai nek, kamu cantik kok).

Bila si menantu secara konsisten melakukan hal tersebut, bukan mungkin bahkan sangat tidak mungkin dia mampu mendapatkan isi perut dan uang dengan cepat. Akan tetapi yang lebih esensi dia telah bersetia kepada dirinya sendiri.

Lalu bagaimana cara si menantu untuk menciptakan lapangan kerja?

Saran saya kepada suami tante saya itu, kerja-kerja konvenional sekarang telah digeserkan oleh kerja-kerja digital, ada banyak sekali lapangan kerja yang bisa dia ciptakan. 

Baca juga : Dear, Calon Ibu Mertua dan Tips ala Aku Menghadapinya

Contohnya: membuat sebuah agency yang membantu channel youtube baru untuk mendapatkan jam tayang dan subscribe original, tinggal kumpulin siswa-siwa yang satu semester ini nggak sekolah, untuk menjadi bagian dari agencynya, pastilah siswa-siswa banyak yang mau sebab kebanyakan dari mereka sudah bosan di rumah, dan pembelajaran online gurunya yang itu-itu saja.

Kalau masih tidak bisa mending tidur saja, dan buat sensasi di sosial media sampai viral menggunakan konten "Air Liur yang Keluar Saat Ngorok Ternyata Ampuh Melawan Corona, Lebih Baik dari Kalung Anti Corona." Wqwqwq.

Kesimpulan

Jika si menantu tak bisa mendapatkan isi perut dan uang, ataupun menciptakan lapangan kerja, ada baiknya dia balas ngomongin mertuanya di tengah orang-orang dan bertanya kepada mereka. Mertua yang sering ngomongin jelek menantunya di belakang, enaknya diapaain?.

~Peluk erat dan Berbahagialah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun