Sementara perempuan adalah monogami, kenapa karena perempuan adalah sumber kehidupan. Sehingga sifatnya menampung, tidak mengendalikan.
Dalam posisi ini, saya berdiri memilih berdiri sebagai laki-laki pendukung poligami karena juga harus membela perempuan. Dukung poligami kok demi perempuan, mana ada perempuan yang rela di madu? Pasti demikian komentar yang akan muncul.
Perempuan seperti apa yang harus dibela? Yaitu perempuan yang terpaksa cerai karena suami wafat misalnya dan tak punya cukup harta untuk menjalani tanggung jawab sebagai ibu atas anak-anaknya.
Untuk Sis Grace yang punya suami baik, mapan, dan telah dikaruniai tuhan para malaikat kecil di rumah, mungkin tak merasakan yang dialami oleh banyak janda di luaran sana yang mesti berjuang sendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Atau janda-janda kurang beruntung yang kalau tidak dibantu, punya potensi membuat hal-hal negatif bagi masyarakat luas, seperti menjadi alat dan umpan kurir-kurir narkoba.
Untuk  para perempuan kurang beruntung ini, kepada siapa mereka bisa bersandar, jika mereka sebatang kara? Karena negara belum tentu juga mampu memenuhi dan mengetahui kebutuhan spesifik setiap individu warganya, apalagi perempuan. Sebab juga tak semua perempuan mampu tampil independen, banyak juga yang ketergantungan pada pihak lain, yang itu bisa disebabkan banyak faktor, antara lain karena pendidikan.
Sebaliknya, saya juga bukan pendukung laku poligami yang istri kedua dan ketiga lebih muda dari yang pertama. Dasarnya sama seperti ayat-ayat membolehkan poligami yang ada dalam Qur'an.
Rekan Sis Grace, yakni Bro Raja Juli Antoni tentu paham kenapa ayat dalam Qur'an yang membolehkan laki-laki menikah dua, tiga, sampai empat, itu turun.
Ayat itu membolehkan poligami bukan atas pertimbangan nafsu, tapi demi menyelamatkan anak-anak dan perempuan tua yang tak punya wali namun punya harta yang coba diambil secara tidak sah orang lain. Artinya motif awalnya yang harus diketahui, agar perilaku menyimpang atau potensi perlakuan tak adil bisa diminimalisasi.
Meski dalam beberapa kasus laku  itu mungkin terjadi karena "keistimewaan atau kelebihan energi" yang dimiliki oleh si laki-laki. Dan untuk ini poligami adalah jalan terbaik daripada zina.
Karena apa jadinya jika dia Aparat Sipil Negara (ASN) dengan kelebihan energi itu, yang terjadi adalah dia selingkuh atau jajan di luaran, yang dampaknya juga tak kalah buruk, seperti potensi mendatangkan penyakit menular ke rumah. Dan Ini gejala umum di sejumlah daerah, di mana penderita penyakit menularnya adalah ASN.
Atau jika larangan poligami ini kita kaitkan kepada ASN dalam wilayah kerja KPK, fenomena perempuan-perempuan lain kerap muncul dalam beragam OTT, yang umumnya bukan istri sah atau resmi.