Mohon tunggu...
Pablito del Sol
Pablito del Sol Mohon Tunggu... Freelancer - LEVANTATE Y ANDA! Hidup adalah sejarah dalam rangkaian Sabda

Penikmat Sabda dalam linea kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tips dan Seni Jitu Mengedukasi Covidiots ala "Bang Toyib" Selama Pandemi!

15 April 2020   02:01 Diperbarui: 16 April 2020   10:30 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : hai.grid.id

Selama menjalani hari-hari PSBB di rumah saja, banyak hal dapat kita lakukan. Berseliweran di berbagai media sosial beragam kiat agar kita lebih berproduktif selama masa masa jaga jarak. Salah satu kiat positif agar menaikan imunitas kita selain berjemur adalah dengan mencari hiburan atau menciptakan suasana yang lebih rileks. Misalnya dengan mendengarkan musik.

Hal ini sudah saya coba dan cukup membawa perubahan positif dalam diri saya. Urat-urat yang kadang terasa tegang atau lelah oleh pekerjaan juga ditambah dengan pikiran bagaimana menghindari diri dari covid 19 akhirnya dapat dilemaskan dengan mendengar musik ditemani secangkir kopi setengah pahit.

Rupanya bukan hanya saya saja yang mencoba menerapkan resep "terhindar dari stress akibat di rumah saja" yang diberikan oleh netizen. Tetangga saya juga menerapkan hal serupa yaitu dengan mendengar musik.

Tapi, sebenarnya ia tidak sedang mendengar musik, namun ia sedang memperdengarkan dentuman musik untuk tidak menyebut bahwa ia sedang memamerkan musiknya kepada tetangga lain. 

Bagaimana tidak, saban hari ia selalu membuka musiknya keras-keras. Frekuensinya kadang seperti kebutuhan kita akan makanan, tiga kali atau bahkan lebih dalam sehari.

Di sini saya tidak ingin menyudutkannya, tapi saya hanya mau mengatakan bahwa ia sedang mengusir jenuhnya melalui musik mungkin juga sambil melakukan satu dua gerakan senam yang saat ini juga lagi tren disarankan untuk menemani aktivitas di rumah saja. Dengan senam, selain bisa lebih rileks, juga bisa membakar lemak. Ini jos betul karena bermanfaat ganda.

Mari kita kembali ke musik saja. Lagu-lagu yang diperdengarkan sangat beragam genrenya. Mulai dari pop dan jazz, juga ada dangdut dan sebagainya. Tentu saja tidak ketinggalan lagu-lagu bernuansa khas daerah untuk melengkapi rasa pada kopi dan jagung rebusan di dapur.

Karena keseringan mendengar musiknya itu, saya pun akhirnya mengikuti semua lagu yang kerap diputarnya. Kebanyakan yang diputarnya adalah lagu-lagu lawas dari berbagai generasi dan genre. Saya sendiri tidak ingin menyoal tentang selera atau rasa orang lain, apalagi ia tetangga yang agak jauh. 

Tapi bisa ditebak bahwa ia mungkin saja dari generasi sezaman dengan lagu-lagu pilihannya itu. Atau mungkin saya bisa salah. Ini bukan persoalannya. Saya hanya mau mempertegas bahwa dari lagu-lagu lawas kesukaannya itu, hanya ada satu yang pernah terdengar sekali saja diputar. Lagu yang bergenre dangdut itu judulnya Bang Toyib.

Siapakah Bang Toyib dalam Lagu Ini?

Sekali lagi di sini saya tidak mempersoalkan selera atau rasa musik. Tetapi sebaliknya, ternyata selera atau rasa yang berbeda itu kadang-kadang dapat membantu kita memperoleh inspirasi dan memberi "efek kejut" tertentu pada moment-moment khusus. Setidaknya itulah yang saya alami dengan musik tetangga saya ini.

Apakah Anda juga sekarang masih mendengar lagu yang sama ini? Jika ya, artinya bukan saja generasi musik kesukaan Anda yang dapat diterka tetapi juga bahwa Bang Toyib masih hidup saat ini. Tentu ini hanya intermeso, tetapi akan menjadi inti dari tulisan ini.

Di tengah situasi pandemi yang penuh dengan kewaspadaan serta perjuangan berat untuk tinggal di rumah saja sambil menjaga jarak, ternyata ada juga yang sedang merindukan hadir dan kembalinya orang yang telah lama pergi dari tengah keluarga mereka. Itulah yang dilukiskan dalam lirik lagu Bang Toyib berikut ini.

Bang Toyib
Bang Toyib
Kenapa tak pulang pulang
Anakmu anakmu
Panggil panggil namamu
Bang Toyib
Bang Toyib
(diulang dua kali)

 Reff: Tiga kali puasa

Tiga kali lebaran
Abang tak pulang pulang
Sepucuk surat tak datang
Sadar-sadarlah abang inget anak istrimu
Cepat cepatlah pulang semua rindukan dirimu
Kalau dijalan yang benar selamatkanlah dia
Kalau dijalan yang salah sadarkanlah dirinya

Kutipan di atas merupakan sebagian dari keseluruhan lirik lagu Bang Toyib. Lagu ciptaan Sandy Sulug dan Biing ini berhasil booming dalam lantunan suara emas Ade Irma, sehingga lagu dangdut ini masih terdengar sampai saat ini.

Lantas, siapakah Bang Toyib dimaksud? Ke mana dan mengapa ia pergi tanpa pamit dari istri dan anaknya? Di sini pencipta lagunya sama sekali tidak memberi gambaran dan tetap menjadi rahasia atau ingin dijadikan teka-teki bagi pendengarnya untuk mencari tahu sosok yang suka keluyuran ini. Ternyata berikut ini adalah jawabannya.

Bang Toyib: Nama Figuratif Bagi Covidiot Selama Pandemi

Terlepas dari siapa sesungguhnya yang mau digambarkan dengan Bang Toyib dalam lagu ini oleh penciptanya, sebagian kecil dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang ayah dalam keluarga yang pergi dari rumah dengan alasan yang tidak diketahui serta tujuan yang misterius. Apakah ini merujuk pada pribadi tertentu? 

Hanya pencipta lagu yang tahu. Namun, bagi saya, figur Bang Toyib ini dapat dikontekstualisasikan dalam situasi pandemi saat ini. Bang Toyib disandingkan serta dapat menggambarkan orang-orang yang dalam Urban Dictionary disebut covidiot. Kata ini persis lahir dalam situasi pademi covid 19. Kamus Urban Dictionary dalam definisi nomor tiga menguraikan arti serta contoh penggunaan kata covidiot sebagai berikut:

1. A stupid person who stubbornly ignores 'social distancing' protocol, thus helping to further spread COVID-19.
2. A stupid person who hoards groceries, needlessly spreading COVID-19 fears and depriving others of vital supplies.

"Are you seriously going to visit grandma? Dude, don't be such a covidiot." 
"See that guy with the 200 toilet paper rolls? What a covidiot."

Media Indonesia pada Selasa, 24 Maret 2020 menerjemahkan definisi di atas sebagai berikut:

  • Orang yang keras kepala mengabaikan protokol menjaga jarak fisik sehingga justru menyebabkan penyebaran Covid-19 lebih masif.
  • Orang yang menimbun bahan makanan dengan tidak perlu sehingga menyebabkan kepanikan yang berlebihan terhadap Covid 19, dan merampas persediaan vital orang lain.
  • "Apakah Anda serius akan mengunjungi nenek? Kawan, jangan jadi covidiot."

"Lihat pria dengan 200 gulungan kertas toilet? Benar-benar covidiot."

Kedua definisi ini sangat berhubungan erat dengan nama figuratif Bang Toyib dalam lagu.  Bagian pertama menampilkan situasi mereka yang keluar dari rumah tanpa permisi, tanpa pemberitahuan dan alasan yang jelas hingga akhirnya dicari (dipangil-pangil) oleh anaknya. Juga sang isteri bertanya-tanya ke mana sang suami pergi. 

Ini adalah gambaran mereka yang tidak mau berdiam di rumah dan mengabaikan protokol jaga jarak baik sosial maupun fisik selama masa pandemi tanpa pemberitahuan dan alasan yang urgen.

Akibatnya dapat menimbulkan keresahan bagi orang lain terutama bagi anak dan isteri sendiri. Pada bagian reffnya kita dapat menemukan lamanya waktu Bang Toyib berada di luar rumah dan tak pulang-pulang: tiga kali puasa, tiga kali lebaran.

Secara kronologis, waktu ini menunjukkan durasi tiga tahun tanpa kehadiran Bang Toyib. Tapi jika dilihat dari dari momen pandemi, ini menunjukkan sebuah keadaan yang serius, yakni tidak hadir dalam perayaan keagamaan di rumah, juga tidak menikmati "masa puasa" bersama di rumah. 

Social distancing dan physical distancing merupakan bentuk "puasa" dari mobilitas dan aktivitas di luar rumah sehingga figur Bang Toyib adalah figur yang keras kepala yang dapat menyebabkan penyeberan covid 19 menjadi lebih masif. Inilah covidiot jenis pertama.

Lalu bagaimana dengan definisi kedua? Hubungannya ada dalam pembahasan bagian berikut ini.

Kembali dan Betahnya Bang Toyib di Rumah.

Lirik lagu Bang Toyib telah memberi label kepada Bang Toyib sebagai pribadi covidiot. Namun, benarkah bahwa ia tidak bisa kembali dan betah tinggal di rumah? Demi kebaikan bersama, di beberapa negara di mana lockdown telah diberlakukan, para covidiot (Bang Toyibs) terpaksa harus dipulangkan ke rumah. 

Mereka ini, meskipun keras kepala namun nyatanya tentu tidak kebal terhadap serangan virus, meskipun memiliki imun yang kuat. Karena itu, jika mereka tetap keras kepala bagaikan baja, mereka akan dirumahkan secara paksa entah lewat hukum atau lewat cara paksaan lainnya.

Lantas, bagaimana dengan kita di Indonesia yang belum memberlakukan lockdown? Di sini saya ingin membuat distingsi tegas bahwa kita belum memberlakukan lockdown sehingga sistem paksaan dan kekerasan mungkin saja bukan pilihan tepat, dengan memperhatikan berbagai aspek yang mendasari pilihan kita ini. 

Karena itu, kita terus berusaha mengupayakan agar semua dapat meminimalisir aktivitas di luar rumah dengan slogan semuanya from home saja. Namum rahasia utama agar yang masih beraktivitas di luar dapat kembali dan bertahan serta betah melakukan semuanya dari rumah saja adalah dengan memperkuat, mempertebal meningkatkan dan mengembalikan aspek TOYIB dari Bang Toyib. 

Apa maksudnya? Bang Toyib sesungguhnya akan kembali dan betah di rumah jika ia merasakan bahwa ada TOYIB saat ia di rumah. Karena saya bukan ahli bahasa, saya menelusuri ternyata kata TOYIB berarti BAIK.

Menurut Quraish Shihab, kata "TOYIB atau Thayyib adalah BAIK. Toyib ini mengakar pada kata lain dalam bahasa Arab yakni Thaba. Adapun arti dari Thaba ini adalah lezat, baik, menyenangkan, nikmat, enak. Thaba juga terkadang diartikan suci atau bersih, paling utama serta menentramkan jiwa."

Selanjutnya, "Kata Toyib ini akrab di telinga kita dan sering dipasangkan dengan istilah HALAL dan menjadi Halalan Thayyiban yang artinya kurang lebih adalah Halal lagi baik. Istilah ini secara khusus menunjuk pada perintah Allah SWT untuk umat muslim agar mengkonsumsi makan dan minuman yang tak hanya halal tetapi juga Toyib atau baik. Halal dalam hal ini artinya secara syara dibolehkan untuk dikonsumsi. Sementara Toyib dalam hal ini adalah bahwa makanan dan minuman yang halal tersebut haruslah yang mengandung KEBAIKAN untuk tubuh dan tidak merusak atau mengandung dan mengundang penyakit," demikian diuraikan dalam https://brainly.co.id/tugas/8972211. 

Bang Toyib Mengedukasi Covidiots Selama Pandemi

Dengan bantuan uraian makna kata Toyib di atas, kita dapat menemukan tips terbaik mengedukasi para covidiots selama masa pandemi.

Pertama, untuk para covidios dalam kategori definisi pertama yakni "Orang yang keras kepala mengabaikan protokol menjaga jarak fisik sehingga justru menyebabkan penyebaran Covid-19 lebih masif." Mereka yang masuk dalam kategori ini sesungguhnya didasari oleh banyak hal. Namun yang paling fundamental dari semua itu adalah ia tidak merasa nyaman di rumah. 

Artinya, ketika ia di rumah saja, boleh jadi keluarganya akan mengalami kesulitan akan kebutuhan primer paling esensial yakni soal ekonomi.

Singkatnya, supaya Bang Toyib tidak perlu lagi keluar rumah, maka ke-TOYIB-annya (kebaikannya) haruslah diperbaiki dan terpenuhi di dalam rumah.

Kebaikan ini menjadi faktor fundamental yang serentak menjadi imperatif yang mesti dipenuhi. Kebaikan ini dimaknai dengan keterangan apa yang Thaba yakni lezat, baik, menyenangkan, nikmat, enak. Sifat-sifat ini tentu melekat erat dengan makanan. 

Penuhan akan kebutuhan primer perlu diperhatikan. Selain itu, sifat-sifat ini juga berkaitan erat dengan keamanan, baik eksternal maupun internal. Soal internal pasti akan terjamin karena secara logis, "orang tidak akan gaduh atau ribut kalau sudah dapat jatah dan kenyang".

Selain pemenuhan kesejateraan pada level kebutuhan primer, pada aspek internal, setiap orang membantu sesamanya untuk meningkatkan intimitas dalam relasi kekeluargaan. Ketika ada intimitas, maka orang tidak akan menuntut makanan yang enak atau lezat lagi. 

Hal yang sangat penting dan utama adalah halal. Kalau sudah halal, lagi dibarengi dengan keintiman makan akan sangat lebih membahagiakan daripada kelezatan makanan. Bagaimana persisnya meningkatkan keintiman yang Thaba (menenteramkan jiwa) itu?

Mampirlah dan temukan jawabannya di baranda ini.

Cara kedua akan diterapkan untuk mengedukasi para covidiots sebagaimana dimaksudkan dalam kategori definisi kedua: "Orang yang menimbun bahan makanan dengan tidak perlu sehingga menyebabkan kepanikan yang berlebihan terhadap Covid 19, dan merampas persediaan vital orang lain."

Ketika proses mencapai pemenuhan kebutuhan primer tidak dapat dikendalikan dengan baik, berhadapan dengan situasi pelik, orang akan terjebak dalam panic buying. Covidiot jenis ini mungkin tidak banyak, namun efeknya sangat luar biasa yakni penguasaan semua kebutuhan vital oleh segelintir orang. 

Tentu fenomena ini sudah ada yakni dengan munculnya tindakan membeli atau mengumpulkan sebanyak mungkin lalu menjualnya dengan harga 100 kali lipat. Ini jelas bukanlah praktik ekonomi yang TOYIB. Ini justru masuk kategori idiot karena merupakan sebuah tidakan ketidakadilan, dengan merampas persediaan vital untuk orang lain.

Ke-TOYIB-an sangat berhubungan erat dengan keadilan karena menyangkut sifat yang suci, bersih dan menenteramkan jiwa. Ke-TOYIB-an seseorang diukur tidak hanya melalui terpenuhinya kesejahteraan personal melainkan juga soal keadilan distributif yang terjadi selama proses pemenuhan. 

Tentu saja tidak halal mengambil atau merampas hal yang seharusnya disediakan untuk orang lain. Akan lebih halal adalah jika saling menghormati dan bahu-membahu memenuhi kebutuhan sesama tanpa menjadi lintah darat. Sederhananya, itulah sedekah. Dalam ekonomi bisa kita sebut dengan ekonomi kolaboratif. Simak contoh ekonomi kolaboratif tersebut dalam ulasan ini.

Demikianlah tips jitu mengedukasi covidiots dalam masa pandemi dengan belajar menjadi TOYIB dari Bang Toyib. Semoga membantu.

Tapi, bagaimana tanggapan Anda? Silahkan kita saling berbagi untuk menyempurnakan tulisan ini melalui kolom komentar di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun