Dara menatap kosong ke depan, tangan gemetar meremas payung yang dipinjamkan Arka. "Kenapa... Kenapa dia pergi tanpa berpamitan?"
"Hidup terkadang tidak memberikan jawaban, Dara," jawab Arka lirih. "Namun aku yakin, di tempatnya sekarang, Bara ingin kamu bahagia. Dia tak ingin melihatmu menunggu dengan penuh kesedihan."
Dara terisak, menggigit bibirnya hingga berdarah. Hujan terus mengguyur tanpa tanda-tanda akan reda, seolah langit pun ikut menangisi kepergian Bara. Ia jatuh terduduk di atas tanah yang basah, menengadah ke arah langit yang kelabu.
"Aku benci hujan ini, Arka. Hujan ini... yang selalu mengingatkanku pada janji yang tak bisa ditepati..."
Arka memeluknya, membiarkan Dara menangis dalam pelukannya, menumpahkan semua perasaannya. Dalam hatinya, Arka tahu, kenangan tentang Bara akan terus menjadi hujan yang tak pernah reda bagi Dara.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H