Mohon tunggu...
Amir
Amir Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMKN 2 Kediri

Penulis Part Time

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan yang Tak Sampai

3 November 2024   06:00 Diperbarui: 3 November 2024   06:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, langit mendung menggantung di atas desa kecil bernama Lembayung. Di salah satu sudut desa, seorang gadis bernama Dara berdiri memandang jalan setapak yang basah akibat hujan semalam. Sudah hampir dua bulan sejak Bara, kekasihnya, pergi meninggalkan desa untuk bekerja di kota. Sejak itu pula Dara tak pernah mendengar kabar darinya.

Setiap pagi, Dara selalu datang ke tepi jalan desa, berharap melihat Bara muncul dengan senyum hangatnya seperti dulu. Namun setiap harinya, harapannya pupus ditelan kesunyian. Hanya rintik hujan yang menjadi temannya.

Suatu hari, di bawah derasnya hujan yang tak kunjung reda, seseorang datang menghampiri Dara. Itu adalah Arka, sahabat lama Bara.

"Dara, sudah lama sekali kamu menunggu di sini setiap hari," ujar Arka, memayungi Dara yang basah kuyup. "Apa kamu tidak lelah?"

Dara tersenyum tipis, matanya masih terpaku ke jalan setapak. "Aku percaya Bara akan pulang, Ka. Dia pasti pulang."

Arka menunduk, menggigit bibir, seakan ragu untuk mengucapkan sesuatu. "Dara... Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."

Dara menoleh, wajahnya memucat melihat raut serius Arka. "Apa yang kamu tahu, Ka?"

Arka menahan napas sejenak, lalu menghela nafas panjang. "Bara... dia... dia sudah tiada, Dara. Dia meninggal karena kecelakaan sebulan yang lalu."

Baca juga: Jejak Rahasia Ayah

Dara tersentak, tubuhnya mendadak lemas, dan hatinya seperti diremas-remas. Seolah semua dunianya ambruk dalam sekejap. Air mata mulai mengalir, bercampur dengan rintik hujan yang mengenai wajahnya. Dia tidak ingin percaya, tetapi kata-kata Arka terdengar begitu nyata, begitu menghancurkan.

Baca juga: Menanti Jejak

"Tidak mungkin... Tidak mungkin, Arka!" teriak Dara, air matanya semakin deras. "Bara berjanji... Dia berjanji akan kembali!"

Arka menggenggam bahu Dara dengan lembut. "Maafkan aku, Dara. Aku juga tak ingin menyampaikan ini, tapi aku tak tega melihatmu menunggu tanpa kepastian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun