Hari pertama Hari Tanpa Bayangan tiba. Anna duduk di kafe kecil, mengamati jalanan yang sepi. Tak ada bayangan, meskipun matahari bersinar terang. Dia merasakan sesuatu yang aneh di udara, seolah-olah waktu melambat. Seorang bocah laki-laki berlari melintasi jalan, tapi tiba-tiba dia berhenti. Anna memperhatikannya dengan cemas.
Bocah (menoleh pada Anna dengan mata besar penuh ketakutan): “Tolong... Mereka datang...”
Anna (bingung): “Siapa yang datang?”
Tapi sebelum bocah itu bisa menjawab, dia berlari ke arah gang kecil dan menghilang. Anna mengejarnya, tapi ketika sampai di gang, bocah itu sudah tak ada.
Malam pertama datang, dan Anna merasakan kehadiran yang tak terlihat mengintai di balik setiap sudut. Langit mulai gelap, tapi entah kenapa, bayangan masih tak muncul. Hawa dingin menyelimutinya. Ketika dia kembali ke penginapan, Anna menemui Pak Bram lagi.
Anna (berbisik, cemas): "Bocah itu... Dia bilang sesuatu. 'Mereka datang.' Siapa yang dia maksud?"
Pak Bram (menatapnya dengan ekspresi serius): "Makhluk itu. Mereka bukan dari dunia ini, Anna. Dan sekarang, mereka tahu kau ada di sini."
Anna (merinding): "Makhluk apa? Apa yang mereka inginkan?"
Pak Bram (dengan nada berat): "Mereka datang setiap tahun, mencuri orang-orang, mengambil jiwa mereka, dan meninggalkan tubuh yang kosong. Mereka tak peduli siapa. Siapapun bisa menjadi mangsa. Mungkin kali ini... kau yang mereka inginkan."
Anna (membalas dengan nada keras): "Saya tidak akan menyerah. Saya akan mencari tahu apa yang terjadi, dan saya akan menghentikan mereka."
Pak Bram tertawa pelan, tapi tak ada kebahagiaan dalam tawa itu.