Di sebuah desa kecil, terdapat sebuah pohon mangga tua yang besar. Pohon itu berada di tengah-tengah lapangan luas, tempat anak-anak sering bermain. Setiap musim panas, pohon mangga itu penuh dengan buah-buah mangga yang manis dan segar.
Di bawah pohon mangga itu, ada dua sahabat sejati yang bernama Budi dan Andi. Mereka berdua telah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bermain bersama, belajar bersama, dan saling membantu dalam segala hal.
Suatu hari, ketika mereka sedang memanjat pohon mangga, Budi tergelincir dan jatuh. Kakinya terkilir dan dia tidak bisa berjalan.
"Aduh!" teriak Budi sambil memegang kakinya.
Andi segera turun dari pohon dan berlari mendekati Budi. "Kamu nggak apa-apa, Bud?"
Budi menggeleng. "Kayaknya kakiku terkilir, Di. Sakit banget."
Andi memandang sahabatnya dengan cemas. "Sini, aku bantu kamu pulang. Pegang pundakku."
Dengan perlahan, Andi membantu Budi berdiri dan membawanya pulang. Sepanjang perjalanan, Andi terus menghibur Budi, bercerita tentang hal-hal lucu yang pernah mereka alami bersama.
"Aku ingat waktu kita berdua menangkap katak di sungai, kamu malah terjatuh ke air," Andi tertawa mengingat kejadian itu.
Budi tersenyum meski kakinya masih sakit. "Iya, dan kamu menolong aku dengan menarik telingaku!"
Keesokan harinya, Budi tidak bisa keluar rumah karena kakinya masih sakit. Andi merasa sangat sedih melihat sahabatnya tidak bisa bermain. Maka, setiap hari setelah pulang sekolah, Andi mengunjungi Budi di rumahnya. Dia membawa buku cerita, mainan, dan bahkan kadang-kadang buah mangga yang dia petik dari pohon mereka.
"Aku bawa buku cerita baru, Bud. Ini tentang petualangan seorang anak yang berkeliling dunia," kata Andi dengan semangat.
Budi menyambut buku itu dengan senang. "Wah, seru nih! Baca bareng yuk."
Hari demi hari berlalu, dan Budi mulai sembuh. Namun, selama masa penyembuhan itu, Budi merasa sangat berterima kasih karena Andi tidak pernah meninggalkannya. Mereka semakin dekat dan bersahabat lebih erat dari sebelumnya.
Suatu hari, saat mereka berdua duduk di bawah pohon mangga, Budi berkata, "Andi, terima kasih ya. Kamu selalu ada buat aku."
Andi tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, Budi. Kita sahabat sejati, kan? Sahabat selalu ada satu sama lain."
Budi mengangguk. "Benar. Aku beruntung punya sahabat seperti kamu, Di."
Mereka berdua tertawa bersama, merasa bahagia karena memiliki satu sama lain. Di bawah pohon mangga tua itu, persahabatan mereka tumbuh semakin kuat, seperti akar pohon yang menancap dalam ke tanah.
Waktu terus berlalu, dan musim berganti. Pohon mangga tetap berdiri kokoh, menjadi saksi bisu persahabatan Budi dan Andi. Persahabatan mereka tidak pernah pudar, bahkan ketika mereka tumbuh dewasa dan menghadapi berbagai tantangan hidup. Mereka selalu ingat akan janji mereka di bawah pohon mangga itu: sahabat sejati selalu ada satu sama lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI