Mohon tunggu...
Amir
Amir Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMKN 2 Kediri

Penulis Part Time

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Budaya Gotong Royong di Desa

15 April 2024   06:45 Diperbarui: 15 April 2024   07:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari, hiduplah seorang anak yang bertempat tinggal disebuah desa terpencil di tepi gunung. Walau hidupnya hanya di desa dan terpencil, anak itu tetap bersyukur dan menerima adanya. Anak tersebut bernama Rusli. Tahun ini, Rusli berumur 7 tahun. Rusli memiliki teman yang bernama Andi. Ia sudah berteman baik dengan Andi sejak masih TK.

Suatu hari, terdengar isu bahwa akan ada pembangunan sekolah di desa. Sekolah yang dimaksud adalah SD, SMP, SMA. Pembangunan sekolah tersebut diberi dana oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan mutu pendidikan di seluruh negeri. Para warga yang mendengar isu tersebut tampak sangat bahagia, tanpa terkecuali Rusli dan Andi. 

"Eh bu, denger - denger bakal ada pembangunan SD, SMP, dan SMA ya nanti ? " Tanya warga satu dengan warga lain.

"Iya bu, saya denger - denger juga begitu. Akhirnya, setelah sekian lama kita menunggu dan berdoa tentang kelanjutan pendidikan di desa, dikabulkan juga oleh Allah. " Jawab warga tersebut.

"Andi, kamu dengar isu tentang pembangunan SD, SMP, SMA ? " Tanya Rusli.

"Iya, Rusli. Ini akan sangat menyenangkan ! Karena, di desa sudah lama tidak ada pendidikan selain TK. " Jawab Andi dengan antusias.

"Betull sekali ! "Jawab Rusli dengan antusias.

Ternyata benar, besok paginya ada pembangunan sekolah di desa. Sekolah yang dimaksud adalah SD, SMP, SM. Para warga pun menyambutnya dengan senang hati, karena sudah sangat lama mereka tidak ada perkembangan dalam pendidikan mereka. 

Akhirnya, pembangunan sekolah - sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakat desa itu sendiri dengan dana dari pemerintah pusat. Mereka saling bergotong - royong untuk menyelesaikan pembangunan sekolah - sekolah itu. 

Baca juga: Bangun Kesiangan

Ketika sekolah - sekolah tersebut selesai dibangun, pemerintah pusat juga mendatangkan para guru untuk mengajarkan pendidikan warga disana. Para guru pun disambut dengan senang hati oleh warga desa. Para warga tidak sabar untuk menerima pendidikan dari guru - guru tersebut, termasuk Rusli dan Andi.

"Eh, Bu ! Itu guru - gurunya !" Ucap salah satu warga disana.

"Iya, Bu ! Aku sudah tak sabar !" Ucap salah satu warga dengan semangat.

"Eh, Andi ! Itu gurunya datang ! " Ucap Rusli dengan perasaan bahagia.

"Iya, Rusli ! Aku sudah tak sabar menerima pendidikan dari guru! " Ucap Andi dengan bersemangat.

Setelah berbincang - bincang cukup lama dengan warga sekitar, akhirnya para warga, baik dewasa maupun anak - anak digiring menuju balai desa oleh Kepala Desa untuk diberi pengumuman.

"Terimakasih Bapak/Ibu yang sudah hadir, jadi pemerintah pusat mengirimkan guru - guru ini untuk mengajarkan kita pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. " Ujar Kepala Desa.

"Baik, silakan bapak/ibu guru untuk berkenalan. " Kata Kepala Desa.

"Bapak - bapak, Ibu - ibu yang saya hormati dan anak - anak yang saya sayangi. Perkenalkan kami adalah para guru yang diutus oleh pemerintah pusat untuk memberi pendidikan ke anda semua. Saya sebagai perwakilan dari para guru mengucapkan terimakasih karena sudah disambut baik." Ucap salah satu guru.

Para guru pun berkenalan dengan warga sekitar.

"Baik langsung saja perkenalan, saya Rumi, akan mengajar pelajaran agama di desa ini. Saya Sandi, akan mengajar pelajaran bahasa indonesia disini. Saya Dani, akan mengajar pelajaran sosial budaya disini. Bla bla bla. " 

"Hari ini langsung saja kita ke sekolah yang telah dibangun dan langsung pelajaran. " Kata Pak Rumi.

"Baik, Pak ! " Kata Rusli dan Andi.

Hari demi hari, para warga, Rusli dan Andi telah menerima pendidikan. Mereka jadi tau tentang pelajaran SD, SMP, SMA. Mereka juga mendapat teman baru dari sekolah - sekolah tersebut. Mereka suka berkumpul untuk mengerjakan tugas bersama - sama. 

Suatu ketika, Pak Sandi menghampiri Rusli, Andi dan teman - teman barunya. Pak Sandi heran dengan Rusli, Andi dan teman - teman barunya. 

"Halo, anak - anakku. Apa kabar ? " Sapa Pak Andi kepada Rusli, Andi dan teman - temannya.

"Halo, Pak Sandi. Baik Pak. Ada apa, Pak ? " Jawab Rusli sambil menanyakan perihal dihampiri oleh Pak Sandi.

"Anu... Gini Rusli. Bapak heran sama desamu, orang - orang disini nggak cuek sama sekali. Mereka malah ramah sekali. Dan bapak heran kenapa mereka selalu mengerjakan sesuatu dengan bareng - bareng. Soalnya, ditempat asli bapak orang - orang tu ngerjakan apa - apa sendiri gak mau nolong satu sama lain. " Jawab Pak Sandi sambil heran.

"Oh begitu ya, pak. Kehidupan di desa kami memang begitu pak. Jika ada orang membangun masjid atau apapun, pasti akan dibantu walau orang tersebut tidak memintanya. " Jawab Rusli.

"Oalahh.. Enak dong..." Ujar Pak Sandi.

"Hehehe... ya begitu pak." Jawab Andi.

"Yaudah, bapak mau lanjut dulu" Kata Pak Sandi.

"Baik, Pak. " Kata Andi.

Pak Sandi masih keheranan karena bagaimana bisa di zaman sekarang ini masih ada yang tetap melestarikan budaya gotong - royong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun