Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Ruang Kelas Siswa Terlalu "Sempit", Problem Bakal Jadi Minim Solving

6 Juni 2022   22:03 Diperbarui: 28 September 2022   19:35 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PBL Cycle. Dok. onlinelearning.uhamka.ac.id

Ketika siswa melihat buku, catatan, atau secari coretan yang ada di papan tulis, maka alternatif jawaban mereka berkisar tentang "karena itulah contoh perilaku hormat kepada orang tua", "karena perilaku rendah hati adalah perilaku terpuji" dan semisalnya.

Secara teori, barangkali jawaban itu cukup. Namun bila kita lirik dari sisi problem solving, maka jawaban tadi belumlah menggambarkan pentingnya perilaku rendah hati, dan kalau kita tanyakan kembali kepada siswa di minggu depan, bisa saja jawabannya menjadi berbeda.

Jadi, bagaimana caranya agar guru bisa mendapatkan jawaban yang mendalam dan siswa pun bisa memaknai jawaban tersebut dengan kesan yang mereka dapatkan?

Cara terbaik bin jitu, salah satunya ialah dengan mengajak siswa "mengalami".

Memasukkan Dunia ke dalam Kelas, atau Keluar Kelas untuk Melihat Dunia

Cobalah kita lihat ruang kelas di sekolah, terutama kelas SD. Sempit. Hanya dua meter persegi per setiap peserta didik menurut standar yang tercantum dalam Permen 24 2007 tentang Standar Sarana Prasarana.

Dengan demikian, lebar ruang kelas minimum hanyalah 5 meter. Sedangkan fenomena di lapangan? Angka-angka tadi malah bisa menjadi lebih sempit karena kondisi kelas yang belum memadai. Belum lagi ditambah dengan suasana bising di kelas sebelah.

Duh, ternyata sungguh banyak sekali masalah dalam proses belajar mengajar, semoga guru-guru di Indonesia tetap kuat dan sabar, ya. Hahaha

Oke; kita lanjut ke bagaimana hasil akhir dari kasus yang saya sajikan di awal tulisan ini. Penasaran kan bagaimana ending-nya? Ehem.

Jadi, setelah kami berkeliling ke belakang kelas, kemudian melewati jalan memutar untuk keluar dari lingkungan sekolah, saya pun meminta siswa secara bergantian untuk menyapa warga yang sedang menjemur pakaian, menjemur dan memetik kopi, hingga warga yang sedang mendirikan tenda untuk hajatan.

Karena siswa di SD kami adalah warga setempat, maka bukanlah hal yang sulit bagi mereka untuk menyapa warga.

Setelah puas jalan-jalan dan kembali tiba ke gang masuk lingkungan sekolah, saya pun bertanya tentang apa yang mereka dapatkan dari percakapan dengan warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun