Ya, pada akhirnya rata-rata petani di daerah ini pun mulai berlangganan untuk menyetor hasil panen ke gudang sayur. Mereka tak lagi peduli dengan para distributor sayur yang lewat dan menawarkan harga Rp1.000-3.000 lebih tinggi karena sudah sakit hati kena pehape. Hiks
4. "Jemput Bola"
Adapun strategi keempat dan menurutku paling jitu bagi gudang sayur agar isi dompet segera gembur ialah dengan menerapkan teknik "jemput bola". Maksudku, menjemput hasil panen hingga ke kebun petani yang letaknya bahkan cukup jauh dari jalan raya.
Teman-teman mungkin sudah sangat paham bahwa akses menuju ladang petani sayuran tidak melulu mulus. Ada jalan ladang yang dipenuhi dengan material batu gunung dan pasir, tapi ada pula medan yang lebih ekstrim dan hanya bisa dijangkau oleh sepeda motor rakitan anak kebun.
Sedihnya, tidak semua petani mahir membawa hasil panen dengan melewati jalan yang seperti itu. Dan di sinilah peluang besar bagi gudang sayur.
Dengan menjemput hasil panen ke ladang petani sekaligus menerapkan sistem borongan, akan terjadi transaksi sama-sama suka dan di saat yang sama pemilik gudang sayur bisa untung besar.
Keuntungan pertama adalah harga yang miring, sedangkan keuntungan kedua yaitu dapat langganan baru. Asyik!
*
Berdasar pada kisah di atas, aku kira peralihan profesi dari petani menjadi pendiri "pelabuhan panen" di era milenial ini cukup menjanjikan dari segi keuntungan.
Tidak hanya sekadar untung, kehadiran gudang sayur pula menjadi pengobat keluh para petani. Terang saja, jikalau berkaca kepada para distributor sayur yang hanya lewat dan tidak kita kenal, mereka kadang tidak segan-segan menipu harga demi meraih keuntungan berlipat ganda. Hiks.
Tapi, jikalau dalam waktu dekat kamu ingin mendirikan gudang sayur, selain daripada strategi di atas, penting untuk dicermati bahwa lokasi gudang haruslah strategis dan sebaiknya berada tepat di pinggir jalan raya.