Gudang sayur itu laksana "pelabuhan panen" bagi para petani. Semakin ia dekat dengan jalan raya, semakin untunglah para petani. Isi dompet pemilik gudang sayur lekas "gembur" tanpa perlu jadi penyalur.
Jadi petani itu susah. Aku sudah merasakannya sendiri, karena aku berasal dari keluarga petani, sempat ikut bertani, bahkan ikut merasakan pedihnya keringat gara-gara lebih kecil untung daripada rugi.
Padahal dulu, rumus bertanam sayuran ~misalnya~ sangatlah sederhana. Bertanamlah di kala harga sayur murah, niscaya pada saat panen nanti harganya sudah menjulang.
Tapi ya, itu kisah masa lalu.
Masa di mana musim hujan dan kemarau belum bercampur jadi pancaroba. Musim di mana pupuk dan bibit bisa diorder kapan saja. Serta musim di mana para petani dengan bahagia memperkerjakan tetangga dan warga dekat rumah untuk memanen sayuran.
Sekarang, urusan tanam-menanam jadi semakin sulit. Para petani yang serius mengurusi lahan saja sering kali menggunakan rumus "gali lubang tutup lubang", sedangkan yang setengah hati berjuang, keburu mundur sebelum berperang.
Bahkan dua orang yang setahun terakhir mengurusi lahan kosong kepunyaan ayahku malah undur diri dari cangkul dan arit. Dia memilih bekerja sebagai tukang ojek karena hasilnya lebih jelas dan "mungkin" lebih baik.
Berbeda dengan kisah petani, ternyata para pemilik gudang sayur lebih sukses. Tak peduli harga sayur sedang menjulang atau melarung, teras rumah mereka selalu ramai oleh kedatangan mobil dan truk distributor alias penyalur hasil panen.
Tambah lagi kalau gudang sayur tersebut ada di pinggir jalan raya. Rasanya, sudah dijamin dompet mereka semakin "gembur" alias berisi.
Salah seorang temanku bertutur bahwa pada hari-hari santai, dirinya bisa meraup keuntungan Rp200.000-300.000.
"Wow. Cuma modal duduk samo nulis berat sayur yang dikarungi ajo biso dapat segitu, Bro?"
Hari santai saja begitu, bagaimana dengan hari sibuk! Aku pun menganggap wajar bila kemudian gudangnya tak pernah tutup.
Kerjanya sebagai pemilik gudang sayur hanyalah mencatat berapa jumlah sayur serta mengajukan harga lelang kepada segenap distributor hasil panen.
Berbeda dengan kisahnya, tetangga di seberang rumahku malah lebih sukses. Aku ingat betul bahwa 5 tahun lalu dirinya baru saja mendirikan gudang sayur. Bahkan, istri tetanggaku itu pun masih mandi di sungai. Sama sepertiku.
Tapi hari ini? Jangan ditanya. Rumahnya sudah megah, mobilnya ada 3, ada pula motor, hingga toko pupuk kecil-kecilan. Saban hari ketika sore menjelang, jalanan di rumahku sesekali macet gegara banyaknya mobil pengangkut sayur.
Keren dah.
Strategi Gudang Sayur Agar Cepat Kaya
Bisa jadi tidak semua pemilik gudang sayur bisa cepat kaya, sih. Karena beberapa dari yang kulihat, ada pula yang perkembangannya relatif "biasa-biasa" saja.
Meski begitu, karena diriku sendiri adalah pelaku tani yang tiap hari melihat gudang sayur di seberang rumah, kudapatkanlah strategi jitu mengapa pemilik Gudang Sayur dompetnya cepat gembur.
Apakah ngepet? Oh tidak. Apakah main crypto? Yaah, dirinya malah tidak mengerti. Berikut 4 strategi jitu gudang sayur sehingga isi dompetnya cepat gembur.
1. Memberikan Bibit Gratis kepada Petani
Jikalau dihitung-hitung, mungkin sudah ada puluhan bibit yang diberikan oleh pemilik gudang sayur kepada keluarga kami.
Kadang dia memberikan bibit buncis, kacang merah, kol, dan pernah pula kami diberikan bibit selada darat.
Gratis? Iya dong. Tapi konsekuensinya adalah; kami wajib menyetor hasil panen sayuran ke gudang tersebut. Dan beruntungnya, bibit yang ditanam rata-rata sukses dan dapat harga sih.
2. Merekomendasikan Jenis-jenis Pupuk Terbaik untuk Tanaman
Mendirikan gudang sayur nyatanya takboleh asal. Jikalau dirimu adalah seorang distributor sayur yang membeli hasil panen dari para petani, setidaknya kamu pernah menemukan kasus di mana dalam sekarung buncis ~misalnya~ ada sebongkah berlian. Eh, maksudku batu.
Mengapa kok bisa ada batu? Ya, kadang ada pula petani yang licik mau menipu timbangan. Padahal? Kalau pemilik gudang sayur cerdas, dirinya pasti paham berapa berat rata-rata setiap jenis sayur dalam satu karung.
Tapi, skill pemilik gudang sayur agar sukses tidaklah cukup hanya membaca timbangan saja. Untuk meraup keuntungan berlipat ganda, mereka juga perlu mengetahui jenis-jenis pupuk yang efektif, mampu meningkatkan hasil panen, sekaligus pas di dompet para petani.
Jika pada keberlanjutannya pupuk itu cocok bagi petani, maka di sanalah peluang gudang sayur untuk berkembang sejengkal demi sejengkal. Yup. Autobuka gudang pupuk. Aha!
3. Menampung Hasil Panen Petani Tanpa Memedulikan Harga Pasar
Sebagai keluarga petani, aku sering kali dibikin kesal oleh para toke alias distributor sayur yang hanya datang di kala ada peluang.
Ketika harga jual sayuran mahal dan kebetulan kami sedang panen, mereka pun datang silih berganti seraya memohon agar hasil panen sayur dijual kepada mereka saja. Biasanya, ditinggalkanlah kepada kami nomor HP.
Tapi sayang, ketika kami sudah betah berniaga dengan mereka dan kala itu harga sayur sedang turun, para penyalur sayur yang memohon-mohon tadi memilih untuk menolak memborong hasil panen dengan alasan "harga murah".
Hebatnya, fenomena ghosting meng-ghosting para penyalur sayur ini bisa menjadi peluang besar bagi para pendiri gudang sayur, khususnya gudang sayur yang ada di seberang rumahku.
Demi memastikan pasokan sayur tetap ada, si pemilik gudang sayur memberi jaminan kepada petani bahwa pihaknya akan selalu menampung hasil panen baik itu di kala harga mahal maupun murah.
Ya, pada akhirnya rata-rata petani di daerah ini pun mulai berlangganan untuk menyetor hasil panen ke gudang sayur. Mereka tak lagi peduli dengan para distributor sayur yang lewat dan menawarkan harga Rp1.000-3.000 lebih tinggi karena sudah sakit hati kena pehape. Hiks
4. "Jemput Bola"
Adapun strategi keempat dan menurutku paling jitu bagi gudang sayur agar isi dompet segera gembur ialah dengan menerapkan teknik "jemput bola". Maksudku, menjemput hasil panen hingga ke kebun petani yang letaknya bahkan cukup jauh dari jalan raya.
Teman-teman mungkin sudah sangat paham bahwa akses menuju ladang petani sayuran tidak melulu mulus. Ada jalan ladang yang dipenuhi dengan material batu gunung dan pasir, tapi ada pula medan yang lebih ekstrim dan hanya bisa dijangkau oleh sepeda motor rakitan anak kebun.
Sedihnya, tidak semua petani mahir membawa hasil panen dengan melewati jalan yang seperti itu. Dan di sinilah peluang besar bagi gudang sayur.
Dengan menjemput hasil panen ke ladang petani sekaligus menerapkan sistem borongan, akan terjadi transaksi sama-sama suka dan di saat yang sama pemilik gudang sayur bisa untung besar.
Keuntungan pertama adalah harga yang miring, sedangkan keuntungan kedua yaitu dapat langganan baru. Asyik!
*
Berdasar pada kisah di atas, aku kira peralihan profesi dari petani menjadi pendiri "pelabuhan panen" di era milenial ini cukup menjanjikan dari segi keuntungan.
Tidak hanya sekadar untung, kehadiran gudang sayur pula menjadi pengobat keluh para petani. Terang saja, jikalau berkaca kepada para distributor sayur yang hanya lewat dan tidak kita kenal, mereka kadang tidak segan-segan menipu harga demi meraih keuntungan berlipat ganda. Hiks.
Tapi, jikalau dalam waktu dekat kamu ingin mendirikan gudang sayur, selain daripada strategi di atas, penting untuk dicermati bahwa lokasi gudang haruslah strategis dan sebaiknya berada tepat di pinggir jalan raya.
Dibandingkan dengan kerja petani maupun distributor, pekerjaan gudang sayur relatif lebih santai. Mereka hanya perlu mencari pelanggan yang mau menyetor sayur, sedangkan distributor akan terus singgah ke gudang bahkan setiap hari.
Semoga bermanfaat.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI