Daripada nanti "merusuh" di sekolah orang, rasanya lebih bijak bagi kami untuk tidak mengikuti simulasi ANBK.
Demi Bisa Ikut ANBK, Kami Rela Menumpang di Rumah Warga
Tiba di bulan November, kisahnya mulai sedikit berbeda. Sejak awal aku dan rekan-rekan guru sudah gelisah karena semakin ke sini semakin tersiar kabar bahwa setiap sekolah itu wajib ikut ANBK, bagaimanapun caranya.
Beruntung Senin kemarin Kepala Sekolah membawakan 3 buah Chromebook bantuan dari pemerintah~ sepertinya sih~ hingga akhirnya kami langsung meracik strategi persiapan ANBK. Soalnya jadwal ANBK sendiri itu dimulai dari minggu depan.
Karena menumpang, aku sudah menduga bahwa SD kami bakal mendapat jadwal AKM di hari-hari terakhir. Ehem.
Nantilah soal jadwal, mendingkan kami mematangkan persiapan siswa-siswa kelas V SD agar mereka lebih akrab dengan tata cara penggunaan komputer.
Sayangnya, meski Chromebook sudah ada di tangan, di lingkungan SD kami benar-benar tidak ada sinyal internet.
Aku pun sempat berdiskusi dengan Kepala Sekolah seraya menanyakan peluang bagaimana kira-kira kalau kita pasang router WiFi, tapi karena pertimbangan biaya, keamanan, serta waktu yang mepet, peluang tersebut jadinya belum bisa terlaksana.
Letak SD kami itu agak menjorok ke dalam dari jalan aspal. Jaraknya kira-kira 150 meter dari jalan dan tempatnya agak rendah. Benar, SD kami letaknya nyaris di pinggir jurang.
Karena posisinya yang agak rendah dari dataran jalan itulah sinyal internet dengan provider apapun belum mampu masuk. Beda halnya dengan di pinggir jalan, sinyal internetnya sedikit lebih baik.
Kalau kita berdiri di pinggir jalan, sinyal internet yang ada bisalah untuk sekadar balas chat atau membuka artikel dari Search Engine. Adapun untuk YouTube, tetap tidak bisa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!