Jika siswa konsisten latihan soal AKM bahkan mengikuti bimbel, berarti tidak ada bedanya AN dengan UN. Alhasil, semakin menurunlah derajat kredibilitas yang dijadikan acuan mutu.
Sedangkan pertanyaan kedua; jika Asesmen Nasional benar-benar dihadirkan untuk memetakan pendidikan syahdan dijadikan landasan pacu untuk perbaikan sistem pembelajaran ke depannya, mengapa hanya satuan pendidikan dengan fasilitas teknologi yang memadai yang bisa mengikutinya?
Jika begitu, hasil dari AN tidak valid dan tidak mewakili mutu sistem pendidikan Indonesia yang sebenarnya.
Terpaksa Menumpang, Kami Memilih untuk Tidak Mengikuti Simulasi Asesmen Nasional
Berdasarkan surat edaran Kemendikbudristek melalui Pusat Asesmen Nasional tertanggal 12 Agustus 2021 kemarin, dirilislah pelaksanaan Simulasi ANBK yang wajib diikuti oleh satuan Pendidikan Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK dan sederajat.
Penegasannya, simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hanya untuk satuan pendidikan yang berstatus mandiri dan mandiri yang ditumpangi dengan moda daring atau semi daring. Dengan demikian, proktor dan teknisi wajib ikut, sedangkan siswa tidak diwajibkan.
Berbeda dengan kabar yang diterima Mas Nadiem bahwa sampai ada sekolah yang meminta murid membeli laptop, sekolah kami memilih untuk tidak mengikuti simulasi ANBK.
Bukan tanpa alasan, sarana dan prasarana ANBK yang tidak memadai telah menjadi permasalahan utama bagi SD kami.
Sebenarnya bisa saja para siswa terutama siswa kelas V diutus untuk mengikuti ANBK, tepatnya dengan cara menumpang di sekolah lain yang memiliki fasilitas. Tapi, apakah opsi tersebut adalah jalan tempuh yang bijaksana?
Izinkan saya sedikit bercerita. Dulu, pada gelaran UN tahun 2018, sekolah tempatku mengajar terpaksa harus meminjam belasan unit komputer ke SMP lain agar bisa menyukseskan UNBK.
Alhasil, kami harus menjemput komputer dengan jarak tempuh 2 jam karena lokasi sekolahnya cukup jauh.
Bukankah hal tersebut mengeluarkan biaya cukup banyak?
Kiranya kisah waktu itu masih cukup seirama dengan simulasi ANBK tahun ini. Kalau anak-anak SD kami terpaksa harus menumpang, alangkah repot dan sulitnya mereka untuk mengikuti AN, tambah lagi dengan situasi pandemi seperti ini.