Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ternyata Ada Banyak! Berikut 13 Kendala Pembelajaran Daring dan Cara Mengatasinya

13 Juli 2021   18:55 Diperbarui: 8 Maret 2022   12:56 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Kendala Pembelajaran Daring | Foto: Shutterstock via KOMPAS

Sejatinya pembelajaran daring di era pandemi menjadi kabar baik bagi para pembelajar di Bumi Indonesia.

Mengapa begitu?

Karena baik guru, siswa, mahasiswa, dosen, hingga orang tua seakan dipaksa untuk lebih akrab dengan teknologi. Terang saja, kita bakal menghadapi era revolusi industri 4.0, kan?

Justru itu! Malahan tantangan kita semakin hari semakin kompleks. Pun demikian dengan pembelajaran.

PTM (Pembelajaran Tatap Muka) di hari ini begitu diharapkan, tapi pembelajaran daring yang mesti jadi opsi. Terutama di tengah terbatasnya aktivitas kita sebagai imbas dari kebijakan PPKM.

PTM saja selama ini sudah sering terkendala, apalagi PJJ, kan?

Ditilik dari penelitian yang tertuang dalam Jurnal UM Kendari misalnya, ada 5 kendala pembelajaran daring di SMP mulai dari siswa yang tidak punya HP, punya HP tapi HP jadul, punya HP tapi tidak tersedia kuota internet, jaringan internet bermasalah, hingga aliran listrik yang sering terputus.

Rasanya kelima kendala tersebut nyaris dialami oleh seluruh wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, kan? Kecuali, kota-kota elit ala metropolitan.

Lebih dari itu, sebenarnya ada setumpuk kendala pembelajaran online lain yang masih bisa kita ungkapkan dan tidak boleh tutup mata terhadapnya.

Saya baru-baru ini telah menghimpun total 13 kendala pembelajaran daring sekaligus cara mengatasinya. Silakan disimak, ya:

1. Guru Masih Gagap dalam Menggunakan Teknologi Belajar Online

Benar. Fenomena ini tidak terbantahkan. Masih banyak guru yang pontang-panting dan gagap dalam menggunakan aplikasi serta media pembelajaran online.

Hal ini dikarenakan mereka baru saja memulai untuk beradaptasi, dan sayangnya adaptasi pembelajaran online tidak bisa secepat kilat.

Dengan demikian, salah satu cara mengatasi kendala ini adalah baik guru, siswa, dan kita semua harus sabar. Para guru jangan pernah menyerah untuk belajar menggunakan media pembelajaran digital, apalagi sampai merasa belum memerlukannya.

Laksana mengasah pisau yang berkarat, semakin sering diasah, maka pisau tersebut bakal semakin tajam. Kemampuan guru sebagai pembelajar sepanjang hayat juga demikian.

2. Guru Memberikan Terlalu Banyak Tugas

Barangkali anak-anak kita sudah merasakan betul akan hal ini. Siswa dan mahasiwa sering dibebankan oleh tugas yang terlalu banyak dan wajib dikerjakan dalam waktu singkat.

Hitung-hitungannya sangat sederhana. Anggap saja di sekolah ada 10 mapel, dan kesepuluh guru mapel semuanya memberikan 20 tugas. Hemm. Semakin jenuhlah para siswa.

Kiat mengatasi pembelajaran online ini adalah perlu diadakan kolaborasi dan komunikasi aktif antar sesama guru. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi beban tugas siswa.

3. Sinyal Internet Plintat-Plintut

Sinyal internet bermasalah itu sudah biasa, kan? Hehehe. Kadang kala kita tak bisa menyalahkan sinyal karena memang provider yang kita gunakan itu kurang kencang.

Lagi-lagi siswa dan guru perlu sabar terhadap hal ini. Jikalau tak mampu menggelar Zoom, maka sajikan pula rekaman relay maupun replay via YouTube agar siswa lebih leluasa menyimak pembelajaran.

4. Tidak Semua Siswa Punya Smartphone

Benar. Apalagi siswa SD dan SMP. Masih jarang dari mereka yang sudah memiliki Smartphone pribadi.

Terkadang, jika di dalam satu keluarga ada 3 anak, maka ketiga anak tersebut kerap kali bergantian menggunakan 1 handphone.

Untuk mengatasi hal ini, koordinasi, pengertian, dan kebijaksanaan guru perlu ditingkatkan. Soalnya, pembelajaran terbaik adalah ketika semua siswa mendapat akses layanan pendidikan yang sama.

Artinya, jika ada siswa B, C, dan D yang tidak bisa belajar online, guru perlu menerapkan sistem lain. Misalnya sistem belajar kelompok, PTM terbatas, atau guru kunjung.

5. Siswa Kurang Perhatian Saat Belajar Daring

Siswa sudah keduluan bosan sembelum pembelajaran daring dimulai? Siswa kurang perhatian dengan penyampaian materi guru? Oke. Mungkin cara mengajar guru harus diubah.

Jangan langsung tampilkan materi yang sifatnya teori di awal pembelajaran melainkan hadirkan games menarik.

Bisa juga ajak siswa untuk menjelajah museum virtual menggunakan Google Arts and Culture. Selengkapnya bisa baca di Google Arts and Culture, Begini Cara Menggunakan dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran.

Rasanya hal tersebut bisa membangkitkan perhatian belajar siswa. Sisanya? Jangan lupakan ice breaking. Guru bisa gunakan aplikasi Quizz, Kahoot, atau aplikasi lainnya.

6. Siswa Malas Mengerjakan Tugas Daring

Ada 3 faktor mengapa siswa malas mengerjakan tugas daring. Pertama, tugasnya terlalu sulit. Kedua, tugasnya terlalu banyak. Dan ketiga, waktu pengerjaan tugas terlalu singkat.

Kolaborasi dari 3 kendala tersebut bakal berimbas kepada malasnya siswa mengerjakan tugas.

Bagaimana cara mengatasi hal itu?

Hadirkanlah tugas yang bermakna dan dekat dengan kegiatan siswa. Daripada menghadirkan PR berupa soal-soal, mendingan guru hadirkan tugas proyek atau unjuk kerja. Nanti siswanya bakal lebih merasa penasaran.

7. Pembelajaran Online Berlangsung Pasif

Jika pembelajaran daring digelar dengan sistem seminar, maka sudah bisa dipastikan bahwa kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung pasif. Bisa disebut dengan pembelajaran daring yang teacher centered learning.

Untuk mengatasi kendala ini, guru perlu melueskan sistem pembelajaran serta merakit aktivitas belajar daring yang lebih aktif. Misalnya dengan sistem tanya jawab, everyone is teacher, diskusi aktif, debat, serta metode lain yang seru dan aktif.

8. Guru Tidak Bisa Mengejar Ketuntasan Kurikulum

Barangkali masih ada cukup banyak guru yang fokus mengejar ketuntasan kurikulum. Mindset seperti itu rasanya perlu segera diubah. 

Situasi pandemi tidak memungkinkan kita untuk menghabiskan 11-13 bab dalam satu tahun.

Solusinya, guru perlu mengaitkan materi pada masing-masing bab dan berfokus kepada esensi dari materi pembelajaran yang dimaksud.

9. Sulitnya Memulai dan Menyelesaikan Pembelajaran Tepat Waktu

Jam karet! Hahaha. Hal ini sudah biasa. Bukan hanya terbatas di lingkungan pembelajaran saja, fenomena jam karet sudah merasuk ke seluruh aspek kehidupan kita, khususnya di Indonesia.

Cara mengatasi hal ini dalam pembelajaran sebenarnya cukup sederhana yaitu, guru perlu membiasakan diri untuk jadi teladan. Guru terlebih dahulu yang memulai dengan tepat waktu.

Seiring berjalannya proses, siswa bakal sadar dan tidak akan berniat untuk terlambat lagi.

10. Banyaknya Gangguan di Rumah Membuat Siswa dan Guru Kurang Fokus

Tanpa disadari, pembelajaran online kadangkala cukup susah untuk dikontrol. Ketika di rumah, terkadang suasananya tidak selalu tenang dan stabil karena banyaknya aktivitas.

Solusinya, ketika pembelajaran berlangsung via Zoom maupun Google Meet, usahakan host langsung melakukan mute terhadap microfon siswa. Sedangkan siswa, sebisa mungkin mencari ruang belajar yang jauh dari televisi. Tidak perlu ruangan mewah, yang penting nyaman.

11. Siswa Tidak Mampu Membeli Kuota Internet Secara Rutin

Adakalanya siswa punya handphone, tapi ternyata spesifikasinya masih "kentang". Namun, adakalanya pula siswa punya handphone baru, namun tidak memiliki cukup dana untuk membeli kuota internet secara rutin.

Fenomena tersebut bakal sering terjadi jikalau guru hanya fokus menerapkan sistem pembelajaran daring dengan menggunakan plaform video online.

Saran yang bisa kita tempuh jika menemukan fenomena seperti ini ialah, perlu dihadirkan variasi metode mengajar sekaligus pemilihan media pembelajaran online.

Jangan tiap hari pakai Zoom, nanti dompet guru dan orang tua siswa langsung bobrok. Sesekali, pakai juga Google Classroom, Quiz, juga sistem guru kunjung dengan kelompok belajar.

12. Siswa Sulit Memahami Materi Belajar Daring

Siswa sulit memahami materi pembelajaran online? Biasalah, ya. Jangankan belajar online, belajar tatap muka di kelas saja siswa pontang-panting mendulang fokus agar cepat paham.

Maka dari itu, guru sebaiknya tidak menggunakan banyak "kata-kata buku" saat belajar online berlangsung. Apalagi cuma memajang foto materi buku dengan sedikit animasi. Sama saja.

Animasinya kreatif, tapi materinya masih jauh dari kata kebermaknaan. Guru perlu lebih semangat untuk mengembangkan materi ajar agar lebih mudah "nyungsep" ke alam pikir siswa.

13. Sulitnya Menanamkan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring

Baru-baru ini Kepala SMAN 2 Banguntapan Bantul DIY, Tri Giharto, menerangkan bahwa pembelajaran online menjadikan pendidikan karakter bagi siswa menurun.

Praktis begitu, karena nilai-nilai kedisiplinan, berorganisasi, hingga kepemimpinan tak bisa didapatkan ketika siswa mengikuti pembelajaran daring.

Di sinilah pentingnya pemberian tugas yang kreatif. PR dalam bentuk soal uraian singkat dan pilihan ganda yang diberikan guru hari ini rasanya sudah mulai kuno.

Terlebih lagi jika PR tersebut adalah refleksi atau evaluasi dari kegiatan belajar daring. Jika materi ajar daringnya sudah kreatif, maka PR-nya juga perlu lebih kreatif.

Sisipkan aktivitas yang mengandung karakter di dalam tugas siswa agar karakter Pancasila mereka bisa terus berkembang.

***

Demikianlah ulasan seputar kendala dan kiat mengatasinya dalam mendukung suksesnya pembelajaran daring.

Selain dari 13 poin yang disampaikan di atas, rasanya masih ada kendala lain juga solusi perbaikan yang efektif. Silakan dikembangkan sendiri dan semangat selalu.

Salam.

Baca Juga: 15 Contoh Kritik dan Saran untuk Pembelajaran Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun