Hai, para Guru. Pernahkah Anda menerapkan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah di kelas?
Agaknya, SPBM bisa menjadi pilihan strategi yang mantap terutama di era pandemi seperti saat sekarang ini.
Sebagaimana yang kita ketahui, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan seni belajar yang menjadikan berbagai problema di kehidupan nyata sebagai topik bahasan utama.
Alhasil, tak memandang mata pelajaran apapun, dengan SPBM guru bisa mengajak siswa untuk berpikir konkret, kreatif, kritis, dan mampu menghadapi masalah aktual dengan solusi yang juga aktual.
Langkah-langkahnya pun cukup mudah untuk ditempuh. Dalam SPBM, guru perlu mengajak siswa menyadari pentingnya sebuah masalah untuk dibahas, kemudian dirimuskan, dihadirkan hipotesis, disajikan data lalu diuji, dan ditutup dengan simpulan penyelesaian.
Dirimu penasaran dengan bagaimana cara menerapkan strategi ini? Baiklah. Di sini akan dihadirkan contoh penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan menjadikan masalah akhlak sebagai topik utama. Silakan disimak, ya:
Pelajaran pertama di hari Jum'at ini adalah pelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru yang mengajar adalah Ummi Nita.
Tak lama setelah kami meletakkan tas di atas meja masing-masing, bel tanda masuk kelas pun berbunyi.
Tanpa mau berpikir panjang, kami pun segera masuk, dan lebih memilih untuk menunggu Ummi Nita di dalam kelas.
Berselang sekitar tiga menit kami di kelas, masuklah Ummi Nita dengan style-nya yang trendy layaknya gadis masa kini.
Kebetulan juga Ummi Nita masih terbilang muda. Pada kesempatan kali ini, Ummi Nita akan mengupas materi tentang "Membina Akhlak Semasa Kecil."
"Assalamu'alaikum Wr, Wb.......Apa kabar, anak-anak?" Ummi Nita menyapa.
"Walaikumussalam Wr. Wb...... Alhamdulillah, baik Ummi"
"Kalian sudah sarapan semua kan? . . . . " tanya Ummi Nita
"Alhamdulillah sudah, Ummi" Jawab anak-anak dengan semangat
"Syukurlah kalo begitu. Kita mesti harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, agar kita dimudahkan untuk masuk ke..."
"Surganya Allah..." Jawab Siswa
"Aamiin. Ehmm,,, berbicara tentang masuk surga, kalian tentu tahu kan perbuatan apa saja yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga?" tanya Ummi Nita
"Ya Ummi, Orang yang membunuh, Syirik, Mencuri, Maksiat, Berjudi, dan sebagainya Ummi. Masih sangat banyak" Jawab Siswa
"Menurut Kamu Andi, apa masalah dan fenomena yang sangat sering di televisi sekarang ini?"
Andi menjawab: "Narkoba, Ummi. Banyak sekali penyelundup baik dari Indonesia maupun luar negeri yang berkeliaran menyebarkan Narkoba di Negara kita, Ummi."
"Kenapa permasalahan narkoba ini sangat penting untuk kita?" tanya Ummi Nita
"Permasalahan narkoba dapat merusak generasi bangsa jika terus dibiarkan, Ummi" Jawab siswa secara spontan.
"Mmmm, apa ada masalah lain yang barusan saja tersiar oleh televisi belum lama ini?" tanya Ummi Nita seakan ingin meluruskan pemikiran siswanya.
Ada salah satu siswa mengacungkan jari "Oh, iya Ummi, barusan memang ada kasus orang tua yang tega membunuh anaknya."
"Nah, ini kayaknya menarik jika kita bahas. Baik, anak-anak, setuju ya kita berbicara tentang permasalahan orang tua yang membunuh anaknya" tanya Ummi Nita
"Yaa Ummi, itu memang berita baru, sepertinya pagi tadi saya lihat di koran kompas, sewaktu saya ingin naik taksi berangkat ke sekolah" jawab Diana dengan semangat.
"Menurut kalian, sebenarnya apa sih masalah utama hingga orang tua tega membunuh anaknya?" tanya Ummi Nita
"Karena Faktor ekonomi Ummi" Jawab Tina
"Ya Tina, Coba jelaskan lagi" pinta Ummi Nita
"Orang tua yang miskin, biasanya mudah sekali emosi dan marah Ummi. Mungkin bisa saja pada saat itu, anaknya sedang minta makan, sedangkan orang tuanya juga merasa lapar. Dan akhirnya orang tua kesal, tanpa berpikir panjang langsung saja membunuh anaknya."
"Nah, Bagaimana pendapatmu Aldi? Apakah kamu setuju dengan Tina?" tanya Ummi Nita
"Menurut saya begini, Ummi, selain karena faktor kemiskinan juga dikarenakan lemahnya iman sang orang tua. Jika orang tua itu beriman, tentu tidak mungkin ia tega karena emosi langsung membunuh anaknya. Setidaknya orang yang beriman itu lebih sabar, Ummi" Jawab Aldi dengan lancar.
Ummi Nita senang dengan jawaban para siswa.
"Nah, menanggapi hal itu, ada lagi tidak masalah lain yang menyebabkan orang tua bersikap seperti itu kepada anaknya?
Siswa terdiam beberapa saat. Ummi Nita kembali mengajak siswa berpikir mencari solusi masalah ini.
"Bagaimana, coba Merry, menurut kamu apa yang menjadi pengaruh penting adanya sikap orang tua yang membunuh anaknya itu?" tanya Ummi Nita
"Masalah akhlak Ummi," jawab Merry
"Coba kamu jelaskan lagi, Merry."
"Seseorang yang akhlaknya baik tentu akan berperilaku baik Ummi. Sedangkan orang tua yang tega membunuh anaknya itu kan berperilaku buruk."
"Ok,, Setuju yaa,, Akhlak kita jadikan rumusan masalah utamanya??" pinta Ummi Nita
"Yaa Ummi.." jawab siswa serentak
"Nah, apa tanggapan kalian tentang akhlak ini?" tanya Ummi Nita
"Orang tua tadi memiliki akhlak yang buruk, Ummi, sehingga ia mudah terhasut emosi. Maka dari itulah ia membunuh anaknya."
Siswa lain juga menanggapi "Dan juga kalo misalnya orang tua tadi berakhlak yang baik tentu ia akan memikirkan akibatnya nanti. Seperti masuk penjara, atau masuk neraka, Ummi."
"OK OK, , jadi sekarang bagaimana solusinya?" ujar Ummi Nita
Siswa kembali terdiam tiada komentar"Jadi, sekarang orang tua harus bagaimana?" tanya Ummi Nita lagi.
"Orang tua harus memiliki akhlak yang baik Ummi, dan lebih sabar lagi" Jawab siswa.
"Nah, bagaimana caranya orang tua dapat memiliki akhlak yang baik anak-anak?"
Salah seorang siswa kembali mengacungkan jarinya "Diajari cara berbuat dan bersikap yang baik dan terpuji Ummi?"
"Coba menurut kamu seperti apa, Anton?" Tanya Ummi Nita
"Mmm, menurut saya, mungkin orang tua itu pada masa kecilnya kurang mendapat nilai-nilai akhlak yang baik, Ummi, jadinya ketika dewasa sikapnya tidak bermoral."
"Bagaimana menurut kamu, Tina? Apakah kamu setuju dengan pendapat Anton?"
"Saya setuju Bu"
"Jadi solusinya bagaimana ?"
"Berarti sejak kecil perlu ditanamkan akhlak yang Baik, Ummi"
"Yaa. Sekarang bagaimana caranya?"
"Dari orang tuanya Ummi, orang tua memberikan contoh yang baik kepada anaknya"
"Jadi, yang terpenting adalah cara orang tuanya memberi contoh yang baik saja? . . . Bagaimana menurut kamu, Diana?" tanya Ummi Nita lagi sambil memegang pundak Diana
"Hmmm. Tidak juga, Bu. Pergaulan anak juga perlu dibatasi dan dipilih-pilih."
"Maksudnya dibatasi dan dipilih-pilih bagaimana?" Tanya Ummi Nita
"Pergaulan anak-anak dibatasi, jangan bergaul terlalu bebas, dan memilih teman yang baik-baik dalam bergaul. Agar sama-sama tetap mempunyai akhlak yang baik, Ummi." Jawab Diana dengan logat Jawa-nya yang kental.
"Boleh-boleh,, Nah, sekarang, menurut Rani bagaimana. Ada lagi yang terpenting dalam membentuk akhlak yang baik sejak kecil?" Tanya Ummi Nita
"Ada Ummi,, yaitu belajar di sekolah. Kita harus menuruti guru di sekolah dan bersikap baik kepada semua teman-teman, Ummi. Â " Jawab Rani
"Nah, kalo begitu coba kalian beri contoh, akhlak-akhlak yang baik di sekitar kita saja?"
Banyak siswa yang mengacungkan jarinya.
"Menghormati orang tua, Ummi."
"Menghormati Guru, Ummi."
"Bersikap baik dengan sesama teman, Ummi"
"Menjalankan sholat, Ummi."
"Mengaji di masjid, Ummi."
"Membantu kedua orang tua di rumah, Ummi."
"Yaa. Alhamdulillah. Apakah semua itu sudah kalian lakukan? " Tanya Ummi Nita
"Belum semuanya, Mi " Jawab siswa.
"Nah, jadi solusinya untuk menanamkan akhlak yang baik sejak kecil apa, Diana?" Tanya Ummi Nita lagi.
"Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti yang dikatakan teman-teman tadi, Ummi. Seperti sholat, mengaji, saling menghormati, maupun membantu kedua orang tua kita di rumah" Jawab Diana dengan yakin.
"Bagaimana? Setuju semuanya dengan Diana??" Tanya Ummi Nita.
"Setujuuuuuuuu, Ummi..." Jawab siswa serentak.
"Nah, jadi kalian sudah tahu kan apa hal terpenting yang harus kalian miliki?" tanya Ummi Nita dengan nada tinggi
"Tahu, Ummi... Memiliki akhlak yang baik" Jawab Siswa.
"Ok, Bagus, Bagus.. diingat dan dilaksanakan, ya" Perintah Ummi Nita.
"Yaa Ummi. Insya Allah" Jawab Siswa .
(Tak lama kemudian, bel pun berbunyi sebagai tanda pelajaran sudah habis. Ummi Nita segera memberitahukan materi pelajaran apa yang akan dibahas minggu depan kepada siswa. Siswa pun memperhatikan dengan baik. Sepertinya mereka senang dengan pelajaran hari ini.
*Sekian*
Dari cerita di atas, dapat kita ketahui bahwasannya strategi yang digunakan Ummi Nita adalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM).
Strategi ini menekankan kepada penyelesaian masalah berdasarkan fenomena yang ada di lapangan serta dekat dengan siswa.
Baca juga: Langkah-langkah dan Penerapan Strategi Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
SPBM dapat terlihat dari sikap guru yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik/gagasan masalah, kemudian merumuskan masalah, serta mencari solusi terhadap masalah tersebut, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkannya sebelum pembelajaran berlangsung.
Mengenai pendekatan, yang digunakan pada cerita di atas adalah Pendekatan Keagamaaan dan Pendekatan Individu.
Pendekatan keagamaan terlihat di awal cerita yang sedkit membahas tentang bersyukur.
Ini memang mestinya menjadi sarapan awal bagi siswa sebelum mereka memulai materi pembelajaran.
Pendekatan Individu sangat banyak digunakan dalam cerita di atas.
Secara keseluruhan, Pendekatan individulah yang digunakan. Guru menanyakan tiap-tiap siswanya secara individual untuk menanggapi masalah dan bagaimana solusi terhadap masalah tersebut.
Dengan demikian, dalam SPBM ini, yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru dalam menuntun siswanya untuk merumuskan masalah secara logis dan sistematis.
Jadi, dalam SPBM diperlukan contoh atau sampel berupa fakta-fakta sosial yang benar-benar terjadi baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Sudahkah Anda menerapkan SPBM di kelas? Boleh deh, dicoba. :-)
Semoga bermanfaat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H