Hebatnya lagi, hari ini emas telah hadir mulai dari gramasi kecil yang harganya bisa dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan pas-pasan maupun menengah. Alhasil, tinggallah keseriusan terhadap penggapaian harapan di masa depan yang menjadi penentunya.
Nah, dalam kaitannya dengan masa depan dan kehidupan, terkadang kita butuh untuk memperbaiki hal-hal dari gramasi terkecil yang ada di dalam diri. Sebut saja seperti kebiasaan bangun pagi, olahraga, belajar, hingga menyisahkan uang.
Seperangkat hal tersebut terdengar sederhana, namun dampaknya bakal luar biasa. Tidak untuk hari ini, melainkan di hari esok.
Kedua, emas mengajak kita untuk konsisten menahan godaan. Ada gadget keluaran terbaru? Baju baru yang sedang trending? Banyak barang diskon? Hati-hati, itu godaan yang tiba-tiba datang sekaligus juga tiba-tiba hilang.
Jika saat itu kita memiliki tabungan uang di ATM dan terasuki oleh godaan, bukan tidak mungkin tabungan tersebut bakal kita gunakan untuk jajan tanpa ingat lagi dengan impian.
Nah, dampaknya bakal sangat terasa jika kita menggunakan mindset "menunggu uang sisa" untuk tabungan masa depan. Kenyataannya nanti, entah ada entah tidak yang tersisa.
Agak beda kiranya jika tabungan tadi sudah dikonversi ke emas. Apakah emas yang dipegang hari ini bakal ingin kita jual esok?Â
Rasanya tidak, dan bahkan mungkin kita akan berat hati. Soalnya emas ada harga buyback yang seakan memaksa kita untuk menyimpannya lebih lama.
Pertanyaannya sekarang, bisakah kita perlakukan uang kita layaknya emas?
Ketiga, emas mengajak kita untuk jangan melepaskan tabungan sebelum impian tercapai. O ya, sebagai produk investasi yang dijuluki safe haven dan zero inflation, emas mengajak kita untuk menyiapkan tabungan untuk impian jangka panjang.
Semakin detail impian tersebut, maka semakin bagus karena kita bisa meracik strategi pencapaian harapan yang lebih matang. Syahdan, emas yang tadinya disimpan baru akan dijual ketika nilainya sudah seharga dengan impian kita.