Diterangkan oleh Kompasianer Rokhmah Nurhayati, kegiatan menyisihkan lebih cenderung pada komitmen, bahwa diri ini harus melakukannya. Menyisihkan (uang) dilakukan di awal bulan ketika kita gajian, tepatnya ketika uang yang diterima masih utuh.
Sedangkan menyisakan lebih mengarah kepada tindakan pasif karena kita cenderung menunggu hasil alias sisa dari pada yang kita belanjakan.
Adapun fenomena yang berkembang, selama saya mulai aktif terjun di dunia bisnis, ada perbedaan mencolok antara keseriusan pelanggan A yang menyisihkan uang dengan pelanggan Z yang menunggu uang sisa.
Ya, hasilnya, orang-orang yang bertipe pelanggan Z sering kali batal order gegara di akhir bulan mereka tak lagi memiliki uang sisa. Sedangkan orang-orang dengan tipe pelanggan A cenderung lebih konsisten.
Bukankah hal tersebut merupakan salah satu mindset penting untuk menggapai masa depan yang lebih cerah?Â
Jika iya, maka diriku dan dirimu perlu mengikuti ajakan emas untuk menyisikan tabungan untuk masa depan, bukan menunggu uang sisa syahdan ditabung.
Kedua, Emas Mengajak Kita Membeli Masa Depan dengan Harga Hari Ini
Masa depan itu mahal, percayalah! Tidak sedikit orang di dunia ini yang memilih untuk memeras keringat lebih basah demi masa depan yang cerah. Ibarat kata, berkeringat dahulu, bermandi santai kemudian.
Sayangnya, karena mahalnya masa depan, harapan untuk bermandi santai itu masih cukup sulit untuk digapai. Alasan utamanya ialah, uang yang kita kumpulkan hari ini belum tentu nilainya sama jika kita diamkan hingga 5 tahun kemudian.
Fenomena inflasi menyebabkan nilai uang semakin berkurang, padahal jumlahnya tetap saja. Melirik laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha dari BI, tingkat inflasi pada 2021 akan meningkat hingga 3,12 % secara tahunan.
Alhasil, jika kita hitung secara sederhana, sepotong tempe yang kita beli hari ini seharga Rp 5.000, pada akhir tahun nanti bisa naik menjadi Rp 5.156. Atau mungkin begini, harga tempe tetap Rp 5.000, tapi potongan/ukurannya semakin minimalis. Hehehe