*
Enam tahun berlalu sejak hari yang tragis itu, sekarang Zhafran sudah sukses. Pemuda ini sudah memiliki lahan tambang pasir sendiri. Cukup luas, tepatnya lebih dari 50 hektar. Alhasil, Zhafran pula harus mempekerjakan puluhan supir alat berat (backhoe).
Tapi, hal tersebut tiadalah mengapa baginya, karena lahan tambang yang luas itu sudah memenuhi izin dan bebas dari gangguan reklamasi.
Meski demikian, ada satu hal penting yang tiada pernah terlupa olehnya. Ya, ini tentang pesan almarmum Ayah agar Zhafran senantiasa menjaga wudhu di mana pun ia berada.
Ketika berangkat menuju area pertambangan, Zhafran berwudhu terlebih dahulu. Sejenak setelah makan siang di kantor, ia pula tak lupa berwudhu. Alhasil, kebiasaan si pemuda yang senang berwudhu ini sudah diketahui oleh seluruh pekerja tambang.
Hingga akhirnya...
Pada suatu hari yang cerah, Zhafran didatangi oleh salah satu pelanggan pasir dari luar kota. Niat bukan sembarang niat, konsumen yang sudah sejak lama berlangganan beli pasir dengan Zhafran ini berencana menjodohkan si pemuda dengan putri bungsunya.
Diketahui, sang putri saat ini bekerja sebagai dosen ilmu hadis di salah satu kampus Islam terkemuka di Indonesia.
Zahfran sebenarnya belum mengiyakan tawaran sang konsumen, tapi di sisi yang sama ia merasa tertarik. Ia pun berpikir dalam hati, tiada salahnya aku berkenalan. Siapa tahu jodoh!
*
Dari kejauhan, terdengar alunan shalawat menggema dengan indahnya, juga menggetarkan hati yang sedang sendu.