Lho, kan bisa ditulis dengan pendekatan yang bersebrangan, Zy?
Benar. Tapi, sejujurnya aku menyukai sesuatu yang berbeda. Ketika orang bahas A, aku bahas B. Maka dari itulah, salah satu strategiku menempuh event Samber THR Kompasiana adalah dengan tidak membaca artikel Kners lainnya terlebih dahulu.
Tapi, kan, aku sering menulis dan posting pada malam hari?
Iya. Benar. Itu semua gara-gara aku dihampiri segenap rasa malas dan kantuk.
Seingatku, memasuki Samber hari ke-5 aku mulai angin-anginan. Waktu itu aku sungguh banyak kesibukan dan rasanya badan ini sudah terlalu lelah. Alhasil, agaknya ingin aku menyerah saja dan event Samber kucukupkan sampai di sana.#SamberTHRKompasiana--- Ozy V. Alandika (@AlandikaV) May 8, 2021
Seusai ibadah, aku pun tertidur. Tepatnya memaksa mata untuk terpejam karena juga ada rasa capek yang tertinggal gegara baru pulang dari luar kota.
Eh, aku tidak bisa tidur. Jam 10 malam aku malah berasa kelaparan dan ingin melek terus. Sejenak, aku langsung ingat dengan event Samber syahdan kupikir-pikir lagi sembari bertanya kepada hati:
"Aku sudah ikut Samber THR, aku sudah memulai. Kalau aku berhenti di tengah jalan, sudah pasti aku kecewa. Tapi, bukankah berhenti atas sesuatu yang telah kumulai itu rasa kecewanya lebih guedeee.....?"
Sontak saja kuhidupkan laptop, kubikin kopi dengan campuran gula semut aren, lalu kuselesaikan tema harian tersebut. Sejak hari itu, aku sedikit lebih semangat mengikuti Samber THR Kompasiana 2021 walau di tengah beban kerja dan kesibukan yang menggunung.
Tapi, ketika memasuki tema esai Foto dan menu berbuka puasa, rasa malasku kembali datang. Sebelum memulai, aku sudah keduluan berpikir bahwa waktuku tidak akan cukup.
Aku seringkali baru bisa menulis di atas pukul 9 malam, dan rasanya malas sekali untuk edit-edit video.