Benar, hadirnya sistem bayar zakat fitrah secara online telah memberi kemudahan sehingga dalam beberapa menit saja kita bisa segera menunaikannya.
Tidak perlu keluar keringat, tidak perlu keluar rumah, tidak perlu menimbang beras melainkan cukup bayar via Smartphone sembari rebahan.
Tapi, aku sendiri belum pernah mencobanya, dan mungkin hingga saat ini aku belum begitu membutuhkannya, terlebih lagi untuk zakat fitrah.
Terang saja, bersandar pada beberapa riwayat dari hadis Rasul, utamanya zakat itu disalurkan kepada orang-orang terdekat di daerah sendiri terlebih dahulu.
Rasulullah SAW pernah mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, Rasulullah berkata kepadanya, "Jika mereka taat kepadaku, maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan zakat kepada mereka dalam harta mereka. Diambil dari orang-orang yang mampu di antara mereka dan diserahkan kepada orang-orang yang fakir di antara mereka".
Maka dari itulah para pengurus masjid di desa kami masih menggunakan gaya konvensional dengan berjalan kaki dari rumah ke rumah untuk menyalurkan zakat fitrah. Sekarang jadi lebih mudah dengan kendaraan berupa mobil gerobak.
Hatta, bagaimana dengan donasi?
Sudah memasuki tahun kelima, aku bersama teman-teman alumni rutin menggelar donasi untuk kemudian disalurkan kepada kaum dhuafa.
Sebagai pihak penyelenggara, penyalur, sekaligus penanggungjawab, aku bersama beberapa pengurus biasanya mengumumkan agenda kegiatan via media sosial, namun masih menerapkan sistem kunjung dari pintu ke pintu untuk menjemput donasi.
Mengapa hal tersebut kami lakukan? Soalnya keaktifan rekan-rekan seperjuangan di media sosial semacam FB maupun grup WA intensitasnya sangat rendah.