Siang itu cukup terik. Dari kejauhan, tampak seekor Kerbau jantan yang dengan gigihnya membantu Pak Tani dalam menggarap sawah.
Namun, berselang beberapa menit azan Zuhur tiba, syahdan Pak Tani pulang ke rumah untuk beristirahat. Sedangkan Kerbau ditinggal sendirian di tepi sawah.
Lagi-lagi cuaca masih sangat terik. Sesekali Kerbau menyeka keringatnya yang sudah hampir sebesar kelereng. Ia tampaknya sangat lelah dan ingin tidur siang sementara waktu. Tapi, bersamaan dengan itu, Kucing belang tiga pun tak sengaja lewat di depannya.
"Eh, Kucing. Ke sini sebentar, duduk dulu. Temani aku beristirahat."Sapa Kerbau.
"Lho, Kerbau mengapa emangnya? Ada masalah?" Sahut Kucing seraya menoleh kepada Kerbau
"Begini, Cing. Aku rasanya sangat lelah hari ini. Besok aku mau istirahat sebentar saja. Badanku sudah pegal-pegal."
Kucing pun hanya tersenyum sembari melanjutkan perjalanan untuk mencari makan. Ia rela datang ke sawah hanya demi mencari belalang, atau paling tidak bisa mendapatkan makanan mewah seperti tikus sawah maupun burung pipit.
Di tengah perjalanan, Kucing pun bertemu dengan Kambing yang sedang memakan daun ubi jalar dengan lahapnya.
"Eh, ada Kambing. Aman sentosa nih hidupmu. Bukankah daun ubi jalar itu makanan favoritmu? " Sapa Kucing sembari mengeong.
"Oalah, ada Kucing toh. Iya nih, Cing. Alhamdulillah aku mendapatkan santapan lezat." Jawab Kambing sembari menelan pakannya.
"Oh, ya. Kambing, aku mau cerita. Tadi di tepi sawah aku berjumpa dengan Kerbau. Kata Kerbau, dia tak mau kerja lagi besok gegara capek terus-terusan menggarap sawah." Terang Kucing dengan serius.
"Lho, masa sih, Cing? Perasaanku Kerbau kerjanya enak, kok. Dia juga selalu nyaman dengan upah berupa makanan yang berlimpah dari Pak Tani. Masa iya dia mau berhenti kerja. Hemm."
Kucing pun segera pergi meninggalkan kambing, sedangkan Kambing menyempatkan dirinya untuk tidur siang karena sudah kekenyangan.
Menjelang sore hari, akhirnya ada Ayam jantan lewat di hadapan Kambing.
"Eh, Ayam. Kamu mau ke mana, nih?" Sapa Kambing.
"Eh, Kambing. Biasa, Bro. Aku mau cari cacing nih. Aku lapar."
"Begini, Ayam. Aku mau cerita lho, tadi kata Kambing si Kerbau teman kita itu sudah tak mau lagi kerja di sawah bersama Pak Tani. Kayaknya tugas yang Pak Tani berikan terlalu berat deh," Terang Kambing dengan lantangnya.
"Masa sih. Ah, kamu jangan ngarang deh. Perasaan selama ini Kerbau kerjanya paling rajin lho?" Jawab Ayam seraya keheranan.
"Aku serius!" Pungkas Kambing.
Ayam masih keheranan. Ia tak menyangka bahwa Kerbau yang dulunya rajin jadi berubah sikap seperti ini. Di tengah perjalanan mencari cacing, akhirnya Ayam bertemu sama Monyet. Monyetadalah peliharaan terdekat Pak Tani.
"Eh, ada Monyet. Sini bentar, Kawan. Aku dapat cerita heboh, nih!" Sapa Ayam.
"Nah, Ayam toh. Ada apa sih. Aku ingin pulang ke rumah Pak Tani lho. Sudah hampir Magrib ini!" Jawab Monyet.
"Begini, Kawan. Tadi aku dapat cerita dari Kambing bahwa Si Kerbau sahabat kita itu sudah berubah drastic tingkah lakunya. Si Kerbau sudah tak mau lagi bekerja dengan Pak Tani gara-gara pekerjaannya terlampau berat." Terang Ayam dengan satu napas.
"Lho, lho, lho. Aku tiada menyangka. Oke, baiklah! Akan segera kusampaikan kepada Tuan Tani. Terima kasih, Ayam."
Monyet yang mendengar kabar tentang Kerbau akhirnya segera menghampiri Pak Tani di rumah. Setelah tiba di rumah, segala yang Ayam ceritakan kepadanya ia ceritakan kembali kepada Pak Tani.
Sedihnya, Pak Tani emosi dan segera mencari Kerbau. Belum selesai sampai di sana, akhirnya Kerbau disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan kepada tetangga.
*** Tamat***
Berdasarkan kisah di atas, Pak Tani sungguh rugi, bukan? Padahal awalnya Kerbau hanya ingin meminta cuti sehari untuk beristirahat, tetapi keinginan Kerbau yang disampaikan oleh Monyet sudah berkembang liar dan dipoles sedemikian rupa.
Pak Tani pula semestinya menyesal karena gara-gara emosi, ia tak sempat melakukan klarifikasi.
Alhasil, berdasarkan kisah ini sejatinya kita bisa memetik pelajaran bahwa amanah itu sangatlah penting, termasuklah tentang cerita orang.
Terkadang, cerita dan keluh kesah orang hanya perlu dicukupkan untuk berhenti di telinga kita saja. Tidak perlu disambung via mulut ke orang lain karena bisa jadi cerita tersebut bisa beranak jadi ghibah, juga bisa bertunas menjadi fitnah. Nauzubillah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H