Meski awalnya geng terbentuk gegara ada kesamaan visi, misi, hobi, berada dalam satu kelas, satu jurusan, hingga berdekatan tempat tinggal, pada kelanjutannya akan ada salah satu atau salah dua sosok yang memiliki nilai nPo tinggi alias ingin selalu diakui.
Alhasil, begini. Ketika ada seseorang dengan nilai nPo tinggi kemudian bergabung dengan kelompok/geng sekolah di "jalan yang benar", maka pengakuan yang ingin ia dapatkan bakal mampu meningkatkan kemampuan dirinya baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan.
Dengan demikian, keikutsertaan dalam geng di sekolah secara tidak langsung telah mengimplementasikan teori McCleland dari aspek Need for Power.
Ketiga, Need for Affiliation (nAff)
Entah itu di dunia teori maupun praktik, kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan nyata dari tiap-tiap manusia. Tak peduli masih anak-anak maupun remaja, hingga dewasa maupun purna masing-masing darinya butuh terjun pada situasi yang bersahabat dalam berinteraksi.
O ya, nAff pula berlaku pada geng sekolah, walaupun geng tersebut dibentuk dan ditempuh bukan untuk kegiatan yang bermaslahat.
Sebagai contoh, terbentuknya geng sekolah "pasukan tukang bolos" adalah perwujudan dari nAff lho. Tapi, dari sisi negatif. Hehehe
Hal tersebut terjadi gegara setiap siswa pasti tidak ingin dihadiri resiko tinggi serta hal yang penuh dengan ketidakpastian. Misalnya, bolos sendirian. Bukanlah lebih minim resiko jika bolosnya bareng-bareng? Eh.
Di luar dari hal negatif, kebutuhan afiliasi seorang pelajar nyata adanya karena mereka ingin memiliki kelompok, ingin melakukan apa yang anggota kelompok lakukan, ingin menikmati serunya kerja sama, juga ingin terjun dalam serunya dunia persaingan.