Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dua Alasan Utama Mengapa Berbuka Puasa Lebih Nikmat daripada Makan Sore Biasa

24 April 2021   06:05 Diperbarui: 25 April 2021   06:14 5318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Berbuka Puasa Lebih Nikmat daripada Makan Sore Biasa. Foto: Diolah dari Canva

Sadar atau tidak, ada perbedaan mencolok antara kenikmatan berbuka puasa dengan kenikmatan makan di sore hari.

Yang namanya makan sejatinya sama-sama nikmat, terutama ketika kita sehat. Kita mau makan apa saja terserah. Entah itu nasi padang, nasi goreng, nasi ayam pecel, hingga nasi ayam rica-rica semuanya begitu lezat ketika organ pengecap bekerja dengan baik.

Tambah lagi ketika kita sedang makan berjamaah bersama pasangan tercinta maupun keluarga. Ah, komplit deh kelezatannya. Terkadang tidak cukup satu piring, yang tua maupun yang muda enggan malu untuk menambah porsi

Tapi...

Berbeda kisahnya ketika dirimu, diriku, serta kita semua makan sore untuk membatalkan puasa. Entah itu berbuka seorang diri di indekos, berbuka bersama di masjid, serta berbuka bersama keluarga rasanya nikmatnya lebih membuncah.

Tak peduli lauk sederhana maupun mewah, gigitan pertama terhadap makanan maupun tegukan pertama minuman begitu nikmat rasanya. Sampai-sampai kenikmatan tersebut sering kali membuat kita puas tanpa harus menambah porsi berbuka.

Mengapa kok demikian?

Setidaknya ada dua alasan utama mengapa berbuka puasa lebih nikmat daripada makan sore biasa.

Pertama, Berbuka Puasa Adalah Hadiah Kemenangan

Dari Umar ra, katanya Rasulullah saw bersabda: "Apabila malam telah datang, siang telah hilang, dan matahari telah terbenam, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka". (Shahih Muslim)

O ya, banyak kita temukan orang yang berpuasa tetapi mereka tidak merasa lapar dan dahaga. Bahkan, beberapa orang yang lupa bangun sahur pun sanggup menyelesaikan misi puasa hingga matahari mengucapkan "say good bye" seraya menjemput kelam.

Hal tersebut sungguh merupakan kewajaran karena sejatinya yang berat dari puasa bukanlah menahan makan dan minum, melainkan diri agar tidak mengkhayalkan makan serta minum itu.

Coba saja dites, jikalau kita mengkhayal makan dan minum setiap waktu, maka perut ini bakal berdendang dan usus di dalamnya bakal segera berjoget ria. Itu pertanda bahwa seisi perut sedang kangen nasi soto. Eh.

Maksudku begini: ternyata, ketika berpuasa sejatinya kita sedang berlomba sekaligus latihan berpaling dari khayalan. Hadiahnya? Yaitu berbuka puasa.

Berbuka puasa adalah kemenangan bagi mereka yang berusaha sepenuh hati mengusir segenap khayalan tentang makan, minum, juga hawa nafsu.

Barangkali menepis khalayan tentang makan dan minum itu mudah, sedangkan tentang hawa nafsu itu sulit. Sebenarnya tidak juga, kok.

Tidak sedikit orang yang ngomel-ngomel sejak jam 5 sore dan ia terlupa dengan omelan tersebut gara-gara berbuka puasa. Itulah nikmat yang sesungguhnya bisa kita latih secara berpola dan terstruktur jikalau benar-benar serius merengkuh takwa.

Kedua, Kita Telah Memberikan Penghargaan yang Tinggi terhadap Makanan dan Minuman

Dari Sahal bin Sa'ad ra, katanya, Rasulullah saw bersabda: "Berbahagialah selalu orang-orang yang menyegerakan berbuka". (Shahih Muslim)

Bulan Ramadan itu adalah bulan mulia dan bahagia. Buktinya? Rasul sendiri yang berkalam bahwa orang-orang yang menyegerakan berbuka adalah mereka yang juga bersegera dalam menjemput kebahagiaan.

Pola ini sederhana dan bakal terus berulang setiap kali kita berbuka, bahwa selalu ada kebahagiaan sejak tegukan dan gigitan nikmat yang masuk melewati kerongkongan kita.

Tapi, bukankah pada waktu makan sore kita juga begitu?

Iya, tapi sungguh! Kebahagiaan yang didapat dan dirasakan jadi beda. Lihat saja berapa banyak orang yang merengut walaupun sedang makan bersama keluarga, bersama rekan kerja, atau bahkan bersama si dia yang tercinta. Ada banyak, bukan?

Padahal terkadang makanan dan minuman yang hinggap ke mulut mereka adalah makanan dan minuman mahal, tapi sayang, mahalnya tak bernilai ketika tiada rasa bahagia.

Sedangkan saat kita berbuka puasa, bahagia itu selalu muncul dan terus bertumbuh. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jikalau kita merenungi, ternyata alasannya bisa kita tebak, yaitu:

Ketika berbuka puasa baik sendirian maupun bersama kita akan memberikan penghargaan yang tinggi dari makan dan minum yang diberikan Allah, yang selama tidak berpuasa kurang dihargai.

Gegara hal itulah berbukanya orang berpuasa lebih lezat bin nikmat daripada berbukanya orang yang tidak puasa.

***

Sejatinya di dalam bulan Ramadan yang penuh berkah terkandung begitu banyak nikmat, keutamaan, hingga jalan-jalan perbaikan. Salah satunya ialah tentang bagaimana caranya bersyukur dan berbahagia atas nikmat yang Allah berikan.

Tapi, itu bagi kita yang ingin sejenak merenungi lalu berikhtiar untuk melakukan perbaikan diri.

Semoga Ramadan kali ini bakal menjadikan dirimu, diriku, dan diri kita berperilaku yang lebih baik lagi.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun