Berbuka puasa adalah kemenangan bagi mereka yang berusaha sepenuh hati mengusir segenap khayalan tentang makan, minum, juga hawa nafsu.
Barangkali menepis khalayan tentang makan dan minum itu mudah, sedangkan tentang hawa nafsu itu sulit. Sebenarnya tidak juga, kok.
Tidak sedikit orang yang ngomel-ngomel sejak jam 5 sore dan ia terlupa dengan omelan tersebut gara-gara berbuka puasa. Itulah nikmat yang sesungguhnya bisa kita latih secara berpola dan terstruktur jikalau benar-benar serius merengkuh takwa.
Kedua, Kita Telah Memberikan Penghargaan yang Tinggi terhadap Makanan dan Minuman
Dari Sahal bin Sa'ad ra, katanya, Rasulullah saw bersabda: "Berbahagialah selalu orang-orang yang menyegerakan berbuka". (Shahih Muslim)
Bulan Ramadan itu adalah bulan mulia dan bahagia. Buktinya? Rasul sendiri yang berkalam bahwa orang-orang yang menyegerakan berbuka adalah mereka yang juga bersegera dalam menjemput kebahagiaan.
Pola ini sederhana dan bakal terus berulang setiap kali kita berbuka, bahwa selalu ada kebahagiaan sejak tegukan dan gigitan nikmat yang masuk melewati kerongkongan kita.
Tapi, bukankah pada waktu makan sore kita juga begitu?
Iya, tapi sungguh! Kebahagiaan yang didapat dan dirasakan jadi beda. Lihat saja berapa banyak orang yang merengut walaupun sedang makan bersama keluarga, bersama rekan kerja, atau bahkan bersama si dia yang tercinta. Ada banyak, bukan?
Padahal terkadang makanan dan minuman yang hinggap ke mulut mereka adalah makanan dan minuman mahal, tapi sayang, mahalnya tak bernilai ketika tiada rasa bahagia.
Sedangkan saat kita berbuka puasa, bahagia itu selalu muncul dan terus bertumbuh. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jikalau kita merenungi, ternyata alasannya bisa kita tebak, yaitu:
Ketika berbuka puasa baik sendirian maupun bersama kita akan memberikan penghargaan yang tinggi dari makan dan minum yang diberikan Allah, yang selama tidak berpuasa kurang dihargai.
Gegara hal itulah berbukanya orang berpuasa lebih lezat bin nikmat daripada berbukanya orang yang tidak puasa.